Semarang, Idola 92,6 FM-OJK Jawa Tengah menilai, kondisi sektor jasa keuangan di provinsi ini masih stabil.
Kepala Kantor OJK Jateng Sumarjono mengatakan per 31 Desember 2024 kemarin, sektor kasa keuangan di provinsi ini dalam kondisi yang stabil dan didukung dengan likuiditas memadai serta tingkat risiko terjaga. Hal itu dikatakan saat media briefing di kantornya, Selasa (25/2).
Namun demikian, Sumarjono menjelaskan, yang masih menjadi perhatian adalah Non Performing Loan (NPL) atau risiko kredit dengan capaian 5,09 persen.
Sedangkan bank umum di Jateng, NPL-nya mencapai Rp15,84 triliun atau 4,10 persen.
Sementara NPL dari BPR, berada di angka 15,12 persen.
“Dampak Covid-19 itu masih ada sisanya. Tapi bank umum masih bisa menjaganya dengan cukup bagus, dan kapasitas orang-orangnya juga bagus,” kata Sumarjono.
Menurut Sumarjono, untuk sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB) per Desember 2024 tercatat perusahaan pembiayaan di Jateng nilai piutang pembiayaan tumbuh sebesar 9,42 persen atau Rp33,17 triliun.
Lebih lanjut Sumarjono menjelaskan, untuk aset sektor jasa keuangan di Jateng sebesar Rp594,32 triliun dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebanyak Rp465,44 triliun.
Sedangkan kredit yang disalurkan sebanyak Rp424,65 triliun, atau meningkat 3,25 persen.
“Aset bank umum di Jawa Tengah Rp542,04 triliun, dan DPK-nya Rp425,11 triliun atau naik 5,16 persen dan kreditnya Rp386,54 triliun atau naik 3,43 persen. Kalau aset BPR/BPRS tentu jauh ya dibanding bank umum, asetnya hanya Rp52,28 triliun atau naik 2,6 persen,” pungkasnya. (Bud)