Semarang, Idola 92.6 FM – Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan menjadi 5,75 persen dari semula 6 persen sejak Oktober 2024. Setidaknya terdapat tiga hal yang menjadi pertimbangan BI menurunkan suku bunga acuan, yakni: rupiah yang stabil, survei sejumlah indikator ekonomi yang menunjukkan pelemahan konsumsi, serta sudah lebih jelasnya arah kebijakan AS atau The Fed. Penurunan suku bunga acuan ini bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan likuiditas di pasar.
Sejumlah pihak menilai, penurunan suku bunga ini berpotensi mempengaruhi stabilitas nilai tukar rupiah yang sebelumnya sempat terjaga dalam beberapa waktu. Langkah ini juga dapat berdampak pada nilai tukar rupiah karena suku bunga yang lebih rendah—dapat menarik arus keluar modal asing, yang pada gilirannya dapat menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
Lalu, melalui kebijakan penurunan suku bunga acuan menjadi 5,75 persen—benarkah demi mendorong pertumbuhan ekonomi, maka rupiah “dikorbankan”? Apa saja dampaknya? Apakah keuntungan yang kita peroleh dari menurunkan suku bunga acuan ini sepadan dengan impact yang diharapkan?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Eko Listiyanto (Direktur Pengembangan Big Data INDEF) dan Adhi S Lukman (Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI)). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: