Semarang, Idola 92,6 FM-Pemkab Grobogan terus mendorong para petani jagung, untuk bisa meningkatkan produktivitas panennya setiap tahun.
Pemkab menyebut penanaman jagung yang dilakukan petani di Grobogan menggunakan sistem methuk, artinya sebelum dipanen petani sudah menanam bibit baru sehingga masa panennya bisa lebih banyak.
Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana mengatakan di Grobogan terdapat 13 Kelompok Usaha Perhutanan Sosial, yang mengerjakan lahan seluas 3.950 hektare. Hal itu dikatakan usai mengikuti panen raya jagung di Kecamatan Brati, Grobogan, kemarin.
Nana menjelaskan, kelompok usaha tersebut mendapat dukungan modal dari BPR BKK Purwodadi.
Modal tesebut dapat dimanfaatkan, untuk pengembangan ekonomi dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam mengelola sumber daya alam.
Khusus untuk panen raya, lanjut Nana, dilakukan bersama Kelompok Tani Hutan (KTH) di lahan seluas 578 hektare dan produktivitas lahan yang ditanami jagung bisa mencapai 8-10 ton per hektarenya sehingga total jumlah produksi bisa sampai 4.624 ton -5.780 ton.
“Ini juga berkaitan dengan kebijakan Presiden terkait swasembada pangan. Beliau menyampaikan untuk menghentikan impor beberapa komoditas pangan. Antara lain beras, jagung, garam, dan gula. Tambahan produksi ini memperkuat Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi lumbung pangan, (berupa) padi dan jagung,” kata Nana.
Lebih lanjut Nana menjelaskan, hasil panen jagung langsung ditampung beberapa industri di Grobogan.
Yakni Japfa Comfeed Indonesia, Mulia Harvest Agritech, CJ Feed and Care dan Malindo Feedmill dengan nilai Rp 20,49 miliar.
Oleh karena itu, panen raya jagung harus dijadikan motivasi untuk mewujudkan swasembada pangan dan menjaga laju inflasi.
“Saya harap ini menjadi motivasi dan pendorong kita untuk lebih baik. Saya minta sinergitas dan keterpaduan pemerintah, petani, dan pengusaha terus ditingkatkan, agar produktivitas (tanaman pangan) seperti jagung meningkat,” pungkasnya. (Bud)