Cegah Stunting Dengan Pemberian Makanan Pendamping

Pj Ketua TP PKK Jateng Shinta Nana Sudjana saat meninjau kegiatan posyandu di sela kunjungan kerja.

Semarang, Idola 92,6 FM-Kamis (21/11) sore ini, kegiatan posyandu diadakan di kantor Kelurahan Tanjung Mas, Kecamatan Semarang Utara digelar kader setempat.

Suara riuh bayi bawah mendominasi kegiatan posyandu, dan beberapa di antaranya menangis histeris saat dilakukan penimbangan maupun pengukuran lingkar kepala.

Beberapa kader posyandu dibantu orang tua batita ataupun balita, berupaya menenangkan agar proses pengukuran dan penimbangan berjalan mudah.

Salah satunya adalah Feby Aulia Fernanda, ibu muda dengan membawa putrinya ikut posyandu dan berusaha menenangkan anaknya agar tidak terus-terusan menangis.

Setelah dilakukan penimbangan dan pengukuran, anak dari Feby itu dinyatakan kurang berat badannya.

Bahkan, tubuh anaknya Feby itu juga terlihat kecil dibanding anak seumurnya yang berusia hampir tiga tahun.

Tak disangka, anaknya didiagnosa masuk kategori stunting karena kurang berat badannya.

Menurut ibu muda berusia 20 tahun itu, dirinya dalam memberikan makanan kepada kedua anaknya juga biasa saja.

Bahkan, makanan yang diberikan sama dengan yang dimakan dirinya dan suaminya.

”Saya dibilangi sama kader posyandu, kalau ini sudah masuk kategori stunting. Terus dikasih makanan dari posyandu, katanya nanti ada makanan pendamping selama 23 hari gratis dari kelurahan,” kata Feby.

Kaget anaknya masuk kategori stunting, Feby mencoba menuruti nasehat yang diberikan kader posyandu.

Feby bercerita, saat kehamilan putri keduanya itu dirinya memang tidak tahu.

Istilah Jawanya sundulan dengan anak pertama, karena jaraknya hanya beberapa bulan saja.

”Engga ada keluhan apa-apa, dan tidak kerasa kalau sudah hamil lagi. Kirain masih nifas, kan belum juga dapat (datang bulan). Tiga bulan engga datang bulan dan dites ternyata sudah hamil lagi,” kenang Feby.

Menurutnya, ia nikah muda saat usianya baru menginjak 16 tahun, sehingga dirinya tidak memahami bagaimana mengurus kesehatan waktu hamil hingga melahirkan.

Oleh karena itu, Feby berusaha mengikuti nasehat yang diberikan kader posyandu karena putrinya masuk kategori stunting.

”Saya dipeseni sama kader posyandu rajin datang periksa dan dikontrol pola makan anak,” ujarnya.

Sudah menjadi kewajiban, apabila ditemukan ada balita masuk kategori stunting maka kader posyandu kelurahan tanjung mas melakukan kunjungan ke tiap rumah sasaran.

Saat menerima kunjungan dari kader posyandu itu, Feby berkeluh kesah jika putrinya itu susah bila diberi air susu ibu maupun susu kemasan.

Menurut Feby, hal itu terjadi lantaran putrinya kerap ditinggal kerja dan dititipkan kepada kakeknya.

”Saya kan dulu sempat kerja mocok di nomeran di pelabuhan, anak saya titipkan sama kakeknya. Jadi, saya jarang ngasih ASI dan Cuma dikasih susu formula,” ucap Feby dengan muka memelas.

Sementara Sri Wahyuni sebagai kader posyandu Kelurahan Tanjung Mas menjelaskan, tercatat ada 132 balita dalam pantauan rawan dan kategori stunting di daerahnya.

Diakui, memang kasus stunting di daerahnya membutuhkan perhatian semua pihak tidak hanya dari pemerintah kelurahan saja.

”Di sini banyaknya kasus stunting karena pola asuh, terus ekonomi juga iya. Kalau pola asuh itu soal asal makan saja, yang penting anak mau makan dan kenyang. Tapi yang dimakan itu bukan yang dibutuhkan si anak,” ucap Wahyuni.

Menurutnya, salah satu upaya penanganan stunting adalah pemberian makanan tambahan kepada balita.

Bantuan diberikan rutin setiap hari selama sebulan penuh, dengan pemantauan kader posyandu setempat.

”Sebagai kader posyandu berkewajiban memberikan edukasi kepada para orang tua yang memiliki balita kategori stunting. Terutama, dalam memberikan makanan tambahan kepada balita stunting agar berat badannya bisa bertambah,” jelas Wahyuni.

Wahyuni menjelaskan, memberikan edukasi kepada para orang tua juga gampang-gampang susah.

Utamanya, ada sebagian orang tua yang malu jika anaknya masuk kategori stunting.

”Ada orang tua yang memang patuh dengan anjuran dan saran kader posyandu, tapi ada yang tidak mau. Mengubah pola asuh anak agar tidak lagi stunting inilah yang gampang-gampang susah,” keluhnya.

Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yunita Dyah Suminar menyatakan, banyak kabupaten/kota di provinsi ini yang memiliki strategi jitu dalam penanganan stunting dengan pendekatan berbeda.

Menurutnya, pengentasan masalah stunting diperlukan menyesuaikan kearifan lokal di suatu daerah.

“Masing-masing kabupaten/kota punya kultur. Maka penekanan kami, yang paling perlu adalah edukasi,” ucap Yunita.

Yunita menjelaskan, pemprov telah membuat peta kasus dan memberikan bantuan keuangan khusus guna mengatasi anak dengan masalah gizi.

Sementara Sekda Jateng Sumarno menyatakan, upaya penurunan stunting terus dilakukan melalui berbagai program dan inovasi.

Pemprov bersama pemkab/pemkot se-Jateng menggencarkan berbagai program dan gerakan inovatif, untuk percepatan penurunan stunting.

“Diharapkan target prevalensi stunting 14 persen di 2024 cepat tercapai. Kami berterima kasih kepada pemerintah kabupaten dan kota yang bergerak bersama dan membuat inovasi-inovasi dalam penanganan stunting di Jateng,” jelas Sumarno.

Lebih lanjut Sumarno menjelaskan, berbagai kebijakan dan gerakan maupun program penanganan stunting perlu dievaluasi.

Tujuannya, identifikasi masalah bisa dicarikan solusi bersama.

Ditemui terpisah, Pj Gubernur Nana Sudjana menyatakan bahwa upaya percepatan penurunan stunting dilakukan melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.

Mulai dari pemerintah, BUMN, BUMD, perguruan tinggi, swasta serta tokoh agama dan masyarakat.

“Kolaborasi sangat penting dalam menangani stunting ini. Tidak bisa hanya dilakukan sendiri, melainkan melibatkan tokoh agama dan tokoh masyarakat,” jelasnya.

Lebih lanjut Nana menjelaskan, intervensi spesifik dan sensitif dilakukan untuk menangani stunting.

Intervensi sensitif adalah memastikan kelayakan air yang dikonsumsi masyarakat, sementara intervensi spesifik dilakukan melalui kolaborasi dan edukasi kepada calon pengantin dan remaja putri.

Sementara itu dari seluruh upaya yang telah dilakukan, Pemprov Jateng meraih penghargaan berupa insentif fiskal senilai Rp 6,45 miliar dari pemerintah pusat atas keberhasilannya dalam menurunkan angka stunting pada September 2024 lalu.

Pemprov Jateng akan menggunakan insentif tersebut, untuk menuntaskan sisa kasus stunting di wilayah-wilayah yang telah dipetakan sebelumnya. (Bud)

Ikuti Kami di Google News