Semarang, Idola 92.6 FM – Saat ini kota Semarang disebut-sebut tengah mengalami darurat gangster. Hal ini bertolak dari maraknya aksi tawuran antar-gangster dalam beberapa waktu belakangan ini. Polrestabes Semarang mengungkap, lima kasus tawuran terjadi dalam beberapa waktu terakhir.
Dari sejumlah kasus itu, didapati puluhan anggota gangster yang terlibat, adalah para pelajar usia anak-anak. Aksi tawuran yang belakangan meresahkan warga itu juga menyebabkan sejumlah korban mengalami luka-luka dan satu warga yang tak bersalah, meninggal dunia.
Merespons hal itu, Pemerintah Kota Semarang baru-baru ini menggelar Focus Group Discussion (FGD) dengan segenap pemangku kebijakan. Semua jajaran instansi terkait hingga tokoh masyarakat dilibatkan untuk mencari solusi dari masalah sosial tersebut. Forum tersebut juga diikuti oleh perangkat kecamatan, kelurahan, sampai RT dan RW. Sehingga, semua lapisan masyarakat turut andil dalam mengawasi anak-anak di lingkungannya. Dalam pencegahan, peran babinsa dan babinkantibmas di setiap kelurahan, juga akan lebih dioptimalkan kembali.
Lalu, ketika Semarang darurat gangster: Bagaimana cara meredam dan menghentikannya? Bagaimana meng-orkestrasi peran keluarga, sekolah dan penegak hukum? Apakah ini saatnya semua stakeholder untuk ‘duduk bersama’ buat menyusun peta jalan pemecahannya?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Prof Saratri Wilonoyudho (Pengamat Sosial Universitas Negeri Semarang), Dr Saifur Rohman (Ahli Filsafat dan Budayawan Universitas Negeri Jakarta), dan Bambang Pramusinto (Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: