Semarang, Idola 92,6 FM-Selama empat bulan berturut-turut sejak Mei hingga Agustus 2024, Jawa Tengah mengalami deflasi atau penurunan harga.
Penurunan harga atau deflasi itu terjadi, bukan diakibatkan karena adanya penurunan daya beli masyarakat.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Rahmat Dwisaputra mengatakan pihaknya meyakini, jika daya beli masyarakat atau tingkat optimisme masyarakat di provinsi ini masih terjaga dengan baik. Hal itu dikatakan saat acara media briefing dengan wartawan di Semarang, Selasa (10/9).
Rahmat menjelaskan, indeks optimisme masyarakat masih di atas 100 poin dan mengindikasikan jika masyarakat membelanjakan uangnya untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Terjadinya deflasi selama empat bulan berturut-turut di Jateng itu, karena memang harga sejumlah komoditas pangan penyumbang inflasi mengalami penurunan.
Terutama, untuk komoditas volatile food yang memang kerap memberikan andil terjadinya inflasi.
“Saya rasa deflasi tidak akan berlangsung lagi, karena ini sudah masuk musim tanam. Over suplai yang terjadi saat panen raya akan berkurang, seiring masuk musim tanam. Ke depan tekanan inflasi akan lebih kembali ke jalur inflasi,” kata Rahmat.
Lebih lanjut Rahmat menjelaskan, kondisi pergerakan harga di Jateng akan kembali pada jalurnya di bulan berikutnya dan tidak terjadi deflasi.
Diperkirakan, bulan berikutnya akan terjadi kenaikan harga dan menyebabkan inflasi Jateng.
“Salah satu penyebabnya adalah aktivitas masyarakat yang meningkat karena adanya gelaran pilkada,” pungkasnya. (Bud)