Semarang, Idola 92,6 FM-Sejak diluncurkan Presiden Joko Widodo pada 26 September 2023 secara langsung, Bursa Karbon Indonesia menarik minat pasar dan memiliki potensi cukup besar.
Anggota Dewan Komisioner OJK Inarno Djajadi mengatakan saat ini terdapat 3.938 pendaftar, yang tercatat di Sistem Registri Nasional Pengendalian Perubahan Iklim (SRN PPI). Hal itu disampaikan secara daring melalui RDKB OJK, kemarin.
Menurutnya, Bursa Karbon Indonesia sebagai bentuk dukungan dalam pencapaian Nationally Determined Contributions (NDC) Indonesia yang mengakomodasi kebutuhan perdagangan karbon di Indonesia.
BEI melalui Indonesia Carbon Exchange berkomitmen mengembangkan perdagangan karbon yang transparan, tertib dan sesuai dengan praktik dunia.
“Bursa karbon sejak diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 30 Agustus 2024, tercatat ada 75 pengguna jasa yang mendapatkan izin dengan total volume sebesar 613 ribu ton C02 ekuivalen dengan akumulasi nilai sebesar Rp37,05 miliar,” kata Inarno.
Inarno menjelaskan, potensi nilai ekonomi dari keberadaan bursa karbon bisa mencapai Rp3.000 triliun dan dapat membuka potensi perdagangan karbon Indonesia.
“Adapun dari sisi kebijakan di industri pasar modal, kami terus mendorong perluasan inklusi keuangan pasar modal untuk semakin mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di Indonesia sebagaimana ditekankan dalam peringatan 47 tahun diaktifkannya kembali pasar modal Indonesia,” jelas Inarno.
Lebih lanjut Inarno menjelaskan, perdagangan karbon menjadi salah satu cara untuk mengendalikan emisi karbon.
Perdagangan karbon adalah mekanisme berbasis pasar, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca melalui kegiatan jual beli unit karbon.
“Pemerintah Indonesia mencanangkan target dalam Nationally Determined Contributions 2030 sekaligus net zero emission pada 2060,” pungkasnya. (Bud)