Apa Pentingnya Membacakan Buku untuk Anak? Bagaimana Menjadikannya sebagai Kebiasaan?

ilustrasi
Ikuti Kami di Google News

Semarang, Idola 92.6 FM – Seorang guru di Pangandaran dibuat kaget karena puluhan siswa yang diajarinya tidak bisa membaca dan menulis. Padahal, puluhan siswa tersebut diketahui sudah duduk di bangku SMP.

Dilansir dari detik.com (04/08/2024), kondisi miris ini terjadi pada siswa SMP Negeri 1 Mangunjaya, Kecamatan Mangunjaya, Kabupaten Pangandaran. Ada puluhan pelajar yang tidak bisa menulis dan membaca.

Salah satu Dewan Guru dan Koordinator Gerakan Litetasi Sekolah (GLS) di Pangandaran, Dian Eka Purnawati mengaku miris melihat kondisi siswa tersebut yang kini bahkan akan menginjak ke jenjang SMA.

Dia menuturkan, pada tahun ajaran 2022-2023, siswa yang tidak bisa membaca dan menulis ada 11 siswa di kelas VII, 16 siswa di kelas VIII dan 2 siswa di kelas IX. Dian menduga penyebab pelajar SMP itu dak bisa membaca dan menulis lantaran pembelajaran saat masa pandemi Covid-19. Dia menilai, pembelajaran pada masa itu kurang efektif.

Kejadian ini seolah mengonfirmasi rendahnya tingkat literasi anak-anak kita. Penelitian Programme for International Students Assessment atau PISA menunjukkan bahwa Indonesia berada di peringkat ke-62 dari survei di 72 negara yang menunjukkan rendahnya minat baca siswa kita.

Lalu, idealnya, kapan kita mesti mulai mengenalkan buku kepada anak? Jawaban praktisnya, sedini mungkin. Agar anak terbiasa merasakan dan melihat keberadaan buku selain mendengarkan cerita di dalamnya. Kebiasaan inilah yang kemudian akan menuntun anak menjadi senang membaca.

Tapi, apa pentingnya membacakan buku untuk anak? Apa saja manfaatnya? Lalu, bagaimana agar kegiatan membacakan buku kepada anak menjadi kebiasaan, bahkan budaya masyarakat kita?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Direktur Eksekutif Yayasan Cahaya Guru, Muhammad Mukhlisin; Ketua Asosiasi Psikologi Pendidikan Indonesia/dosen Fakultas Psikologi Unika Atma Jaya Jakarta, Dr. Weny Savitry S. Pandia, M.S.; dan Pendiri Indonesia Heritage Foundation, Ratna Megawangi. (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya: