Semarang, Idola 92.6 FM – Berbicara mengenai berinvestasi di pendidikan anak, Indonesia ternyata masuk dalam 15 besar negara dengan biaya pendidikan termahal di dunia menurut survey yang dilakukan oleh HSBC tahun 2018 silam. Dari jenjang SD sampai Sarjana, rata-rata orangtua membutuhkan dana sebesar Rp294 juta. Jumlah itu lebih mahal dari Prancis. Namun, pengangguran di Indonesia justru tinggi yakni, ranking 11 dunia dan Juara 1 di ASEAN.
Tercatat, Indonesia berada di peringkat 13, sementara posisi pertama diduduki oleh Hong Kong. Para orang tua di Hong Kong merupakan orang tua yang membayar paling mahal untuk pendidikan anaknya, dengan rata-rata biaya lebih dari US$130.000 (atau sekira Rp2 miliar) untuk biaya pendidikan dasar sampai ke jenjang perguruan tinggi.
Di posisi kedua/ ada Uni Emirat Arab yang menghabiskan rata-rata hampir mencapai US$100.000 dan setelahnya ada Singapura dengan biaya sebesar US$70.000.
Di Amerika Serikat, negara yang memiliki enam dari sepuluh perguruan tinggi terbaik dunia, memiliki biaya pendidikan rata-rata sebesar US$58.000–kurang dari setengah rata-rata biaya pendidikan di Hong Kong.
Angka tersebut diperoleh dari sebuah study baru yang menghitung biaya untuk pendidikan anak-anak, yang dilakukan oleh HSBC terhadap 8.481 orang tua di 15 negara, di berbagai belahan dunia, yaitu Australia, Kanada, China, Mesir, Prancis, Hong Kong, India, Indonesia, Malaysia, Meksiko, Singapura, Taiwan, Uni Emirat Arab, Inggris and Amerika Serikat.
Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) melalui World Economic Outlook pada April 2024 mencatat, tingkat pengangguran di Indonesia sebesar 5,2 persen, merupakan yang tertinggi dibandingkan enam negara lain di Asia Tenggara. Posisi ini tak berubah dari tahun lalu/ tetapi angkanya lebih rendah yakni 5,3 persen.
Menyusul Indonesia, Filipina tahun ini berada di posisi kedua yakni 5,1 persen, disusul Brunei Darussalam yakni 4,9 persen, Malaysia 3,52 persen, Vietnam 2,1 persen, Singapura 1,9 persen, kemudian Thailand 1,1 persen. Thailand menjadi negara dengan tingkat pengangguran terendah di dunia, mengalahkan Singapura, Jepang, bahkan Amerika Serikat.
Lalu, bagaimana mengurai paradoks ini; adakah yang salah dengan tata kelola pendidikan kita sehingga–meskipun biaya pendidikan termasuk termahal di dunia, tetapi angka pengangguran justru tinggi? Bagaimana mengurai persoalan ini? Adakah Jalan keluarnya? Apakah ini juga berarti mengancam peluang bonus demografi kita?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Dr Martadi, M.Sn (Pengamat Pendidikan Universitas Negeri Surabaya), Bhima Yudistira Adhinegara (Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS)), dan Ubaid Matraji (Koordinator Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI)). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: