Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam era media sosial sekarang, muncul fenomena Wisdom of Crowd. Yaitu kearifan atau kemampuan yang dihasilkan oleh sekumpulan orang. Bukan karena orang-orang itu merumuskan bersama-sama secara terorganisir, tapi justru tak saling mengenal satu sama lain. Inilah kenapa, sejak awal radio Idola selalu menyampaikan, bahwa “sekumpulan orang yang terkoneksi, jauh lebih hebat daripada jenius yang terisolasi.”
Nah, kekuatan “Wisdom of Crowd” termasuk ‘citizen journalism’ yang ada di dalamnya telah membuat Kapolri, Jenderal Listyo Sigit Prabowo memerintahkan seluruh jajaran Korps Bhayangkara agar dapat beradaptasi dengan fenomena Citizen Journalism yang berkembang. Hal tersebut disampaikan usai menghadiri Rapat Koordinasi Pengawasan Kompolnas-Polri di Hotel Discovery Ancol, Rabu (17/07) lalu.
Jenderal bintang empat itu mewanti-wanti jajarannya bahwa saat ini penyebaran informasi sangat cepat. Oleh sebab itu, ia berharap seluruh jajaran dapat beradaptasi agar dapat merespons berbagai peristiwa yang terjadi di masyarakat.
Di sisi lain, Sigit juga meminta kepada seluruh jajarannya agar tidak menjadi organisasi yang menutup diri kepada pihak-pihak yang mengawasi kinerja Polri. Ia menegaskan, sikap terbuka dan tidak anti kritik sangatlah diperlukan bagi Korps Bhayangkara agar tidak mengalami stagnan dan dapat terus melakukan perbaikan.
Lalu, di lain pihak, bisakah tren ‘citizen journalism’ ini bisa menjadi gerakan “sapu jagad” yang menyingkap berbagai praktik ‘kasak-kusuk’ dan kebijakan tertutup? Siapkah pemerintah dan seluruh jajarannya mesti beradaptasi, dan membuka diri?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Gilang Gusti Aji (Pengamat komunikasi Universitas Negeri Surabaya (Unesa)) dan Dr Trubus Rahardiansyah (Analis kebijakan publik Universitas Trisakti). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: