Semarang, Radio Idola 92,6 FM – Di lahan seluas 3 hektare, Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri Kecamatan Gunungpati berhasil menanam dan membudi dayakan tiga jenis pepaya, yakni pepaya Hawai, pepaya California, dan pepaya Thailand.
Berbeda dengan yang lain, sistem pertaniannya sangat terintegrasi dan terpadu, di mana pupuk yang digunakan termasuk pestisidanya berasal dari bahan-bahan organik, seperti kotoran ternak dan sampah rumput sisa pakan ternak.
Anggota Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri Gunungpati, Mujiono mengatakan, lahan yang dikelola kelompoknya mencapai 3 hektare. Dengan hasil yang melimpah, Mujiono mengaku sudah memiliki suplier tersendiri, bahkan harga pepaya miliknya ada di atas harga rata-rata di pasaran.
“Ada tiga jenis pepaya yang ditanam, yaitu pepaya Hawai, California, dan Thailand. Yang membedakan kita full organik sampai pestisida, kita mandiri buat sendiri semua,” jelasnya.
Perkebunan konsep organik tersebut menjadi nilai tambah dalam pemasaran hasil panen pepaya tersebut. Menurut Muji, kelebihan pepaya organik buahnya lebih manis dan lebih tahan lama, terlebih untuk kesehatan pastinya juga lebih bagus karena ditanam dengan sistem organik.
“Dengan Bu Wali ke sini harapan melihat langsung dan bisa dicontohkan kepada petani-petani lain,” katanya.
Tak hanya itu, pepaya yang ditanam juga menggunakan konsep tumpang sari dengan sayur-sayuran. Bedanya, model tumpang sari di sini menggunakan pembatas plastik agar tanaman dan pepaya tidak berebut nutrisi.
Untuk lahan 1 hektar, penghasilan petani bisa mencapai Rp 450 juta selama tiga tahun usia pohon pepaya.
“Yang luar biasa lagi, penghasilan petani untuk lahan 1 hektare yang ditanami pepaya dan jenis tanaman lain, mencapai Rp 450 juta selama tiga tahun usia pohon pepaya. Apalagi offtaker-nya sudah jelas,” paparnya.
Sementara itu, Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu yang memimpin panen pepaya Hawai dan California di Kebun Pepaya Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri, Kecamatan Gunungpati, mengajak para petani mengimplementasikan sistem integrasi dan pertanian terpadu seperti yang digunakan Kelompok Tani Muda Mandiri Kandri Gunungpati.
Perempuan yang akrab disapa Mbak Ita ini mengaku kagum dengan kemandirian kelompok tani tersebut. Para petani secara mandiri memenuhi kebutuhan dalam pemenuhan pupuk.
“Di sini semuanya terintegrasi dalam pertanian terpadu. Ada peternakan sapi dan kambing yang kotoran dan kencingnya dimanfaatkan untuk pupuk pertanian,” ujar Mbak Ita.
Di lahan seluas 3 hektare, Kelompok Tani Muda Mandiri berhasil menanam dan membudi dayakan tiga jenis pepaya, yakni pepaya Hawai, pepaya California, dan pepaya Thailand.
Dalam distribusi hasil panen, para petani, kata Mbak Ita, sudah memiliki pasar tersendiri. Mereka memiliki offtaker atau pemasok kebutuhan serta suplier besar untuk memasarkan pepaya hasil panen. (wid)