Semarang, Idola 92,6 FM-BPS Jawa Tengah mencatat, nilai tukar petani di provinsi ini pada Mei 2024 sebesar 110,79 atau turun 0,16 persen dibanding bulan sebelumnya yang tercatat sebesar 110,97.
Penurunan disebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 0,47 persen, lebih lambat dibanding penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,30 persen.
Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan mengatakan pada Mei 2024 kemarin tercatat 185 observasi transaksi penjualan gabah di 26 kabupaten terpilih, dengan komposisi terbanyak didominasi kelompok Gabah Kering Giling (GKG) sebanyak 67,03 persen dan disusul kelompok Gabah Kering Panen (GKP) sebanyak 32,43 persen serta kelompok Gabah Luar Kualitas sebanyak 0,54 persen. Pernyataan itu disampaikan secara daring, kemarin.
Dadang menjelaskan, subsektor yang mengalami penurunan adalah subsektor perikanan sebesar 1,63 persen dan subsektor tanaman pangan sebesar 1,24 persen.
Pada Mei 2024 kemarin komoditas pertanian yang mengalami penurunan harga antara lain gabah, jagung, cabai rawit, ayam ras pedaging dan ayam ras petelur.
Menurut Dadang, nilai tukar petani merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan/daya beli petani di perdesaan.
“Memang kalau sudah menjelang semester kedua, itu biasanya produksi padi mengalami penurunan. Baik itu karena masalah cuaca, tapi juga kadang kala pola tanamnya. Ada yang dalam satu tahun empat bulanan, misal pertama ditanam padi kemudian berikutnya ditanam palawija dan nanti padi lagi dan sebagainya,” kata Dadang.
Lebih lanjut Dadang menjelaskan, hal ini perlu menjadi perhatian bagi semua pihak dan berkaca pada tahun sebelumnya.
Yakni, ketika produksi padi mengalami penurunan akan menyebabkan kenaikan harga beras di masyarakat.
“Nilai tukar petani dalam dua bulan terakhir ini, nilai tukar petani turun. Karena apa, harga yang diterima petani terutama harga gabah itu turun, sehingga ini akan mempengaruhi nilai tukar petaninya,” pungkasnya. (Bud)