Semarang, Idola 92,6 FM-Ratusan buruh yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Metal Indonesia (FSPMI) Jawa Tengah menggelar aksi demo depan kantor gubernuran menolak program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera), Kamis (6/6).
Kebijakan Tapera dipandang para buruh memberatkan, karena upah buruh di Jateng masih rendah.
Ketua FSPMI Jateng Aulia Hakim mengatakan program Tapera yang digulirkan melalui PP Nomor 21 Tahun 2024, menjadi bukti bahwa pemerintah melepas tanggung jawab dalam menyediakan hunian terjangkau bagi masyarakat.
Yakni, justru membebankan 2,5 persen bagi buruh dan 0,5 persen bagi pengusaha untuk bisa mendapatkan rumah sendiri tanpa bantuan iuran dari pemerintah.
Aulia menjelaskan, program Tapera sejatinya malah membuat buruh tidak pasti akan mendapatkan rumah dari iuran yang dipotong lewat gaji bulanan.
Sebab, sampai puluhan tahun kepesertaan di Tapera itu belum cukup untuk membeli rumah.
Menurutnya, iuran Tapera haya dibayar buruh dan pengusaha saja tanpa adanya bantuan anggaran dari APBN yang disisihkan.
“Kebijakan ini justru membebani biaya hidup buruh, di tengah daya beli buruh yang turun 30 persen dan upah minimun sangat rendah akibat UU Cipta Kerja. Dari program Tapera ini akan semakin memukul daya beli buruh,” kata Aulia.
Lebih lanjut Aulia juga menyebutkan, jika Tapera adalah tabungan yang memaksa dan bukan bersifat sukarela.
Oleh karena itu, FSPMI Jateng menyerukan agar program Tapera dicabut dan tidak dilaksanakan.
Karena, program yang dirancang untuk kesejahteraan rakyat malah menjadi beban baru bagi buruh.
“Kami menyerukan tolak Tapera, karena jadi beban baru bagi buruh,” tegasnya. (Bud)