Semarang, Idola 92,6 FM-Jawa Tengah menduduki peringkat keempat secara nasional, sebagai provinsi dengan tingkat ketimpangan gender terendah.
Sejak 2018 lalu, indeks ketimpangan gender Jateng mengalami penurunan 0,053 poin atau mengalami penurunan 0,01 poin per tahun secara rerata.
Kepala BPS Jateng Dadang Hardiwan mengatakan selama enam tahun terakhir, indeks ketimpangan gender di provinsi ini selalu lebih rendah dibanding nasional. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers secara daring, kemarin.
Dadang menjelaskan, indeks ketimpangan gender Jateng pada 2023 sebesar 0,336 poin mengalami penurunan 0,035 poin dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 0,371 poin.
Hal tersebut mengindikasikan jika ketimpangan gender yang semakin mengecil, atau kesetaraan semakin membaik.
Menurutnya, ketimpangan gender yang diukur mengalami fase naik turun selama periode 2018 sampai 2023.
Artinya, sejak 2018 sampai 2020 indeks ketimpangan gender di Jateng secara konsisten menurun dan naik pada 2021 sebelum kembali turun pada 2022 dan 2023.
“Untuk dimensi pemberdayaan dan pasar tenaga kerja semakin rendah gap atau ketimpangan antara indikator laki-laki dan perempuan, ini menggambarkan kondisi yang semakin baik. Indeks ketimpangan gender dibentuk dari tiga dimensi, yaitu dimensi kesehatan reproduksi dan dimensi pemberdayaan serta dimensi pasar tenaga kerja,” kata Dadang.
Lebih lanjut Dadang menjelaskan, ketiga dimensi tersebut memiliki indikator masing-masing dan khusus untuk dimensi kesehatan reproduksi hanya untuk penduduk perempuan saja.
Sementara dimensi pemberdayaan dan dimensi pasar tenaga kerja, menggunakan perbandingan indikator laki-laki dan perempuan.
“Menurunnya indeks ketimpangan gender Jawa Tengah 2023, terutama dipengaruhi meningkatnya kinerja pada dimensi kesehatan reproduksi. Selain itu makin berkurangnya kesenjangan pemberdayaan antara laki-laki dan perempuan,” pungkasnya. (Bud)