Semarang, Idola 92.6 FM – Baru-baru ini, publik dihebohkan dengan terungkapnya insiden Pilot dan kopilot Batik Air yang tertidur selama 28 menit pada saat menerbangkan pesawat Airbus A320 rute Kendari-Jakarta pada 25 Januari 2024. Insiden ini disebabkan kopilot yang kelelahan, karena sebelumnya sibuk mengurus anak dan sang pilot pun ikut tertidur di dalam kokpit.
Hasil investigasi Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menunjukkan, peristiwa ini bermula saat pesawat berangkat dari Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Banten, pada pukul 03.14 WIB menuju Bandara Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, dengan nomor penerbangan ID6723. Semua pilot, kopilot, dan awak kabin harus sudah bersiap pukul 01.25 WIB.
Insiden itu pun menuai kecaman dari sejumlah pihak. Salah satunya dari Gabungan Pengusaha Industri Pariwisata atau GIPI. Mereka menilai, insiden pilot Batik Air yang tertidur saat menerbangkan pesawat dari Kendari ke Jakarta bisa memberikan citra negatif pariwisata Indonesia di mata mancanegara. Sebab, wisatawan mancanegara bisa langsung menilai penerbangan domestik Indonesia berbahaya dan ceroboh. Hal ini juga bisa menurunkan kunjangan wisman ke Tanah Air.
Lalu, menyoroti insiden pilot Batik Air yang tertidur saat mengudara: apa yang terjadi? Kenapa insiden seperti itu bisa terjadi? Bagaimana menghindarinya, agar tidak terulang lagi?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Pengamat Penerbangan, Alvin Lie. (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: