Semarang, Idola 92.6 FM – Perubahan iklim yang memicu cuaca ekstrem telah membawa begitu dampak bagi bumi. Salah satunya, menurunkan pendapatan kaum miskin.
Dilansir dari Kompas. Id (07/03/2024), dalam setahun, pendapatan rumah tangga miskin rerata tergerus 5 persen akibat suhu ekstrem dan 4,4 persen akibat banjir. APEC menyebutkan, bahwa konflik geopolik dan cuaca ektrem menjadi tantangan perdagangan lintas generasi.
Bersamaan dengan itu, Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) mendesak pentingnya mengembangkan pertanian yang adaptif terhadap perubahan iklim bagi generasi saat ini dan mendatang. Dalam laporan terbarunya, ”Unjust Climate”, FAO menyebutkan bahwa banjir dan suhu ekstrem memperlebar kesenjangan pendapatan rumah tangga miskin dengan rumah tangga kaya sekitar 20 – 21 miliar dollar AS per tahun.
Lalu, bagaimana upaya yang mesti dilakukan untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim, terutama terhadap masyarakat? FAO menekankan pentingnya pengembangan sektor pertanian yang adaptif terhadap cuaca ekstrem; sejauh mana, kebijakan pertanian kita merespons hal ini?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber Pengamat Pertanian dari Universitas Padjadjaran Bandung, Marenda Ishak S. (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: