Semarang, Idola 92,6 FM-Hanya bermodal nekat, ibu rumah tangga di Sleman mampu meraup cuan karena berbisnis produk kerajinan.
Bahkan, buah kenekatannya itu kini bisa dinikmati.
Adalah Ayu Ratna, warga Karangjati Kabupaten Sleman sebagai pemilik Diby Leater mengatakan penjualannya paling banyak dilakukan secara online karena memang dasarnya berjualan secara daring. Hal itu dikatakan saat ditemui di sela pameran UMKM di Kota Semarang, pekan kemarin.
Untuk penjualan secara offline lebih kepada titip jual di konter UMKM di Bandara Yogyakarta International Airport, maupun di sejumlah hotel di Yogyakarta.
Ayu bercerita, pada 2011 lalu dirinya dari Jakarta pindah ke Yogyakarta dan saat itu hanya berada di rumah sebagai ibu rumah tangga.
Bak gayung bersambut, dirinya bertemu dengan seorang teman yang berkecimpung di bisnis produk kulit dan berjualan hingga luar negeri.
Dari proses kenalan dan belajar itu, Ayu memulai usahanya dengan produk yang berbeda.
Ayu menjelaskan, keunikan dari produk Diby Leater karena menggunakan teknik water colouring transfer dan menjadi yang pertama serta satu-satunya di Indonesia.
Selain itu, produknya juga telah diajukan untuk proses hak paten dan uji laboratorium ketahanan terhadap asam basa dan kelunturan serta panas dan gesekan.
Menurutnya, bahan baku yang digunakan sudah ramah lingkungan dan aman bagi manusia.
“Produk yang kita hasilkan itu ada tas, sepatu, dompet dan sebagainya. Kalau harganya dimulai dari Rp175 ribu, dan kalau yang paling mahal itu untuk tas di Rp1,5 juta hingga Rp2,5 juta kalau custom,” kata Ayu.
Lebih lanjut Ayu menjelaskan, bisnis yang digelutinya itu ditekuni dari hulu hingga hilir.
Hingga akhirnya, dirinya menemukan produk yang berbeda dan layak jual serta memiliki nilai ekonomi tinggi.
“Dari proses yang panjang itu akhirnya kita menemukan rahasia dagang yang itu jadi ciri pembeda dari produk lainnya. Sehingga, pewarnaan itu bisa nempel di kulit,” jelasnya.
Kini, produk Diby Leater sudah dipasarkan ke sejumlah negara di kawasan ASEAN.
Pesanannya juga dilakukan secara reguler dari Malaysia, Singapura dan Brunei.
Sedangkan ke pesanan reguler lainnya datang dari Amerika Serikat.
Ayu menyebut, beberapa pemesan menjual kembali produknya dengan menggunakan brand sendiri.
Sementara, dalam sebulan bisa mengerjakan 500 hingga 1.000 pesanan berbagai macam produk.
“Kalau ada yang order seminggu pesan sampai 200 atau berapa Insya Allah kita sanggup,” pungkasnya. (Bud)