Semarang, Idola 92,6 FM-BPS Jawa Tengah mencatat, inflasi pada Oktober 2023 sebesar 0,18 persen
Pemicu inflasi di Jateng, masih disebabkan karena kenaikan harga beras dan gula pasir.
Statistisi Ahli Madya BPS Jateng Arjuliwondo mengatakan inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Kudus sebesar 0,27 persen, dan terendah ada di Kabupaten Cilacap sebesar 0,12 persen. Pernyataan itu disampaikan secara daring, Rabu (1/11).
Menurut Arjuliwondo, untuk Kota Semarang inflasi sebesar 0,17 persen dan Kota Surakarta sebesar 0,16 persen.
Arjuliwondo menjelaskan, penyebab utama inflasi pada Oktober 2023 adalah kenaikan harga komoditas bahan bakar minyak (BBM) dan cabai merah, beras, cabai rawit serta gula pasir.
Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah cabai merah sebesar
0,05 persen kemudian beras dan cabai rawit masing-masing sebesar 0,04 persen, gula pasir dan pisang masing-masing sebesar 0,01 persen.
“Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan sebagian besar indeks kelompok pengeluaran yaitu kelompok transportasi sebesar 0,42 persen; kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,35 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,28 persen. Kemudian kelompok pendidikan sebesar 0,17 persen, kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,08 persen dan kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga dan kelompok kesehatan masing-masing sebesar 0,04 persen,” kata Arjuliwondo.
Lebih lanjut Arjuliwondo menjelaskan, tingkat inflasi tahun kalender Oktober 2023 sebesar 2,17 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun (Oktober 2023 terhadap Oktober 2022) sebesar 2,81 persen.
Pada Oktober 2023, semua ibukota di Pulau Jawa mengalami inflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Kota Surabaya sebesar 0,27 persen diikuti Kota Yogyakarta sebesar 0,25 persen, Kota Semarang sebesar 0,17 persen dan DKI Jakarta sebesar 0,13 persen.
“Kota Bandung sebesar 0,08 persen, dan inflasi terendah terjadi di Kota Serang sebesar 0,06 persen,” pungkasnya. (Bud)