Semarang, Idola 92,6 FM-Sektor jasa keuangan di dalam negeri, dinilai masih terjaga stabil.
OJK mencatat, hal itu didukung permodalan yang kuat dan kondisi likuiditas memadai serta profil risiko terjaga.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan sektor jasa keuangan mampu memitigasi risiko meningkatnya ketidakpastian global, baik dari higher for longer suku bunga global maupun peningkatan tensi geopolitik. Pernyataan itu disampaikan secara daring, Senin (30/10).
Mahendra menjelaskan, perekonomian domestik diketahui jika tingkat inflasi tercatat sebesar 2,28 persen yoy dan sejalan dengan ekspektasi pasar sebesar 2,2 persen.
Namun, perlu dicermati tren kenaikan inflasi bahan makanan terutama komoditas beras dan gula di tengah potensi penurunan produksi global akibat El Nino.
“Volatilitas di pasar keuangan, baik di pasar saham dan obligasi maupun nilai tukar juga dalam tren yang meningkat. Di perekonomian domestik, tingkat inflasi tercatat sebesar 2,28 persen yoy, sejalan dengan ekspektasi pasar 2,2 persen. Namun perlu dicermati tren kenaikan inflasi bahan makanan terutama komoditas beras dan gula,” kata Mahendra.
Lebih lanjut Mahendra menjelaskan, masuknya Indonesia menjadi anggota penuh Financial Action Task Forces (FATF) menempatkan bangsa ini sejajar dengan negara-negara anggota G20 dengan integritas sistem keuangan yang kuat.
Oleh karena itu, akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap integritas sektor keuangan Indonesia dan pada gilirannya akan berdampak positif pada peningkatan perekonomian nasional.
“Sementara, risiko geopolitik global semakin meningkat seiring dengan konflik Israel dan Hamas yang berpotensi mengganggu perekonomian dunia secara signifikan apabila terjadi eskalasi di Timur Tengah. Di Eropa, kinerja ekonomi diprediksi masih mengalami stagflasi dan di Tiongkok pemulihan ekonomi masih belum sesuai ekspektasi,” pungkasnya. (Bud)