Semarang, Idola 92,6 FM-Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, stabilitas sektor jasa keuangan nasional masih terjaga dan resilien dengan indikator prudensial.
Mulai dari permodalan maupun likuiditas yang memadai, serta profil risiko tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan pada triwulan kedua 2023, ekonomi Indonesia tumbuh positif sebesar 5,17 persen yoy atau naik dari triwulan sebelumnya sebesar 5,04 persen yoy. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers secara daring, kemarin.
Mahendra menjelaskan, pertumbuhan yang positif itu didorong kinerja konsumsi rumah tangga dan investasi.
Namun demikian, masih ada kecenderungan pelemahan indikator terkini seiring dengan perkembangan optimisme konsumen dan tren penurunan inflasi inti serta berlanjutnya penurunan harga komoditas yang telah menekan kinerja eksternal Indonesia.
Menurut Mahendra, dinamika perekonomian tersebut mendorong pelemahan pasar keuangan global baik di pasar saham maupun pasar surat utang dan pasar nilai tukar yang juga disertai terjadinya peningkatan volatilitas pasar dan terjadinya outflow dari mayoritas pasar keuangan emerging markets.
Termasuk pasar keuangan Indonesia.
“Pasar saham Indonesia sampai dengan 31 Agustus 2023 tetap resilien dan menguat sebesar 0,32 persen mtd ke level 6.953,26 (Juli 2023: 6.931,36). Dengan non-resident mencatatkan outflow sebesar Rp20,10 triliun mtd utamanya akibat transaksi crossing (Juli 2023: inflow Rp2,72 triliun mtd),” kata Mahendra.
Lebih lanjut Mahendra menjelaskan, penguatan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbesar pada Agustus 2023 dicatatkan saham di sektor barang baku dan sektor infrastruktur.
Secara ytd, IHSG tercatat menguat sebesar 1,50 persen dengan non-resident membukukan net sell sebesar Rp1,18 triliun (Juli 2023: net buy sebesar 18,92 triliun ytd).
“Di sisi likuiditas transaksi, rata-rata nilai transaksi pasar saham di Agustus 2023 menjadi Rp11,20 triliun mtd dan Rp10,38 triliun ytd (Juli 2023: Rp9,66 triliun mtd dan Rp10,24 triliun ytd),” pungkasnya. (Bud)