Mengenal Pemanfaatan AI untuk Pelestarian Naskah Kuno bersama Prof Nanik Suciati ITS

Nanik Suciati
Guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof Dr Eng Nanik Suciati SKom MKom terus memanfaatkan AI. Ia memanfaatkan AI untuk mengenali huruf Jawa dan naskah kuno Bali. (dok Nanik)

Surabaya, Idola 92.6 FM – Dengan berbagai inovasinya, kecerdasan artifisial atau Artificial Intelligence (AI) terbukti membantu kehidupan manusia. Hal ini mendorong guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, Prof Dr Eng Nanik Suciati SKom MKom terus memanfaatkan AI. Melalui penelitian yang menjadi bentuk kemajuan kemampuan analisis informasi AI, Prof Nanik mendorong pemanfaatan AI untuk pelestarian naskah kuno.

Dalam penelitiannya perihal pengenalan aksara Bali, Kepala Laboratorium Komputasi Cerdas dan Visi ITS ini menilai, prosesnya cukup menantang karena aksara berada di naskah lontar kuno.

“Kita kembangkan sejak 2019, waktu itu kita mengenali huruf Jawa seperti honocoroko. Berikutnya kami mengembangkan lagi men-challenge dengan kesulitan lebih tinggi, dengan naskah kuno Bali, data lontar,”tutur dosen yang pernah mendapat penghargaan Satyalancana Karya Satya XX dari Presiden Republik Indonesia ini kepada radio Idola, pagi (18/08) tadi.

Nanik Suciati
Prof Dr Eng Nanik Suciati SKom MKom melakukan pengembangan model deteksi aksara pada naskah lontar. (dok Nanik)

Naskah lontar merupakan dokumen warisan sejarah Bali yang ditulis menggunakan pisau khusus, pada daun lontar kering. Ada tantangan tersendiri di dalamnya.”Tulisan di daun lontar berbeda, dengan alat tulis pisau. Ada yang masih jelas, ada yang kabur,”tambah Prof Nanik.

Ia berharap, nantinya dengan kecerdasan buatan, bisa juga mengungakap cara menerjemahkan naskah kuno agar masyarakat makin tertarik memelajarinya.

Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Prof Dr Eng Nanik Suciati SKom MKom, dosen Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya & anggota Indonesia Artificial Intelligence Society. (yes/her)

Simak podcast wawancaranya:

Ikuti Kami di Google News
Artikel sebelumnyaHaruskah Kebebasan berekspresi mengabaikan budi pekerti, atau apakah dengan berbudi pekerti maka demokrasi tak bebas berekspresi?
Artikel selanjutnyaBI Jateng Terus Sosialisasi Pembayaran Digital ke Generasi Muda