Semarang, Idola 92,6 FM – Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah mencatat, ada belasan ribu anak tidak bisa melanjutkan pendidikan atau putus sekolah.
Tercatat, usia menengah antara 16-18 tahun di kabupaten zona kemiskinan ekstrem ada 16.399 anak tidak sekolah.
Kabid Pembinaan SMA Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Syamsudin Isnaini mengatakan anak putus sekolah tersebut berasal dari 17 wilayah di Jateng, yang masuk kabupaten kemiskinan ekstrem. Hal itu dikatakan saat ditemui di kantornya, baru-baru ini.
Syamsudin menjelaskan ke-17 daerah kemiskinan ekstrem itu di antaranya di Kabupaten Wonosobo, Pemalang, Banjarnegara dan Wonogiri.
Penyebab anak tidak sekolah mayoritas karena faktor ekonomi.
Menurut Syamsudin, tingginya angka putus sekolah tersebut juga banyak disebabkan karena dampak pandemi.
“Nama by name by address sudah kita masukkan ke sistem. Mana kala anak-anak itu daftar dan mau sekolah maka akan ditampung. Untuk anak tidak sekolah kita usahakan tidak hanya dia miskin, tapi bisa jadi enggak mau sekolah,” kata Syamsudin.
Lebih lanjut Syamsudin menjelaskan, pendidikan tidak hanya tanggung jawab pemerintah saja tapi juga tanggung jawab masyarakat dan orang tua serta satuan pendidikan.
Saat ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng telah berhasil mengembalikan tiga ribu siswa ke sekolah dalam rentang satu bulan terakhir.
“Kita beri ruang untuk yang mau melanjutkan sekolah. Semisal ada yang sudah menikah juga kita dorong untuk melanjutkan,” pungkasnya. (Bud)