Semarang, Idola 92.6 FM – Hasil riset yang dilakukan Bank Dunia dan McKinsey menunjukkan bahwa Indonesia membutuhkan 9 juta talenta digital pada 2030. Jika dirata-rata, kebutuhan talenta digital ini mencapai 600.000 orang per tahun.
Sayangnya, hingga saat ini. perguruan tinggi di Indonesia hanya mampu menyuplai sekitar ‘seratus ribu – duaratus ribu’ talenta digital per tahun. Artinya, terdapat gap sebesar ‘empatratus ribu – limaratus ribu’ talenta digital per tahun.
Dilansir dari Kompas.com (09/06/23), merujuk pada laporan bertajuk “Digital Jobs and Digital Skills: A Shifting Landscape in Asia and the Pacific” yang disusun Asian Development Bank (ADB) dan LinkedIn pada September 2022, pada periode Januari 2017 hingga Februari 2022, tingkat perekrutan digital di platform LinkedIn rata-rata meningkat sebesar 9 persen tiap tahun.
Artinya, para pencari kerja di platform tersebut terus menuliskan keterampilan digital sebagai syarat yang dibutuhkan untuk posisi yang dibuka. Studi yang dilakukan di Bangladesh, India, Indonesia, Filipina, dan Amerika Serikat itu juga menemukan bahwa hampir 75 persen pemberi kerja di lima negara tersebut membutuhkan talenta digital mulai dari keterampilan dasar, menengah, hingga lanjutan.
Lalu, bagaimana menyiapkan talenta digital? Sudahkah, ekosistem pendidikan kita memadai untuk menyiapkan talenta-talenta digital? Bagaimana mengungkit kualitas pendidikan agar melahirkan talenta-talenta yang dipelukan?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Prof Ridwan Sanjaya (mantan rektor Unika Soegijapranata/ Guru Besar Sistem Informasi Unika Soegijapranata Semarang) dan Heru Sutadi (Pengamat Ekonomi Digital/ Executive Director Indonesia ICT Institute). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: