Malang, Idola 92.6 FM – Masih minimnya basis data sastra lokal dan ekosistem budaya literasi di Kota Malang, menggerakkan Denny Mizwar menginisiasi Pelangi Sastra Malang.
Komunitas Pelangi Sastra Malang ini kemudian bermetamorfosis sebagai tempat diskusi, penerbitan, dan toko buku yang ramah bagi para pembelajar sastra di Kota Malang.
“Kita bikin kelas menulils, forum baca, kita bikin acara baca puisi,”tutur Denny kepada radio Idola, pagi (06/06) tadi. Menurutnya banyak yang mendukung komunitas Pelangi Sastra Malang. Dari pegiat sastra dan juga akademisi.
Sejak didirikan pada 2010, Pelangi Sastra Malang telah menggelar dan membedah karya-karya sastrawan Malang seperti karya Wahyu Prasetya, Ratna Indraswari Ibrahim, dan Tengsoe Tjahjono. Pada tahun 2014, Pelangi Sastra Malang mendirikan penerbitan buku untuk menerbitkan buku. Hingga kini tak kurang dari 70 judul buku, sudah diterbitkan.
“Ada yang sesuai harapan, ada yang belum, terutama regenerasi,”tambah Denny.
Ia menceritakan bahwa sampai saat ini, perhatian pemerintah Kota Malang terhadap sastra masih kurang.”Kalau di literasi mungkin ada, tapi di satra sepertinya jarang ada kegiatan sastra yang didukung oleh Pemkot Malang,”jelasnya.
Denny Mizhar (Misharudin) lahir di Lamongan, 24 Desember 1983. Menerbitkan buku, antara lain; Berharap Di Senja Hari (Antologi Puisi Tunggal, 2007), Indonesia Dalam Secangkir Kopi Pahit (Antologi Puisi Bersama, 2009), dan Ponari For President (Antologi Puisi Bersama, 2009). Ia juga pernah meraih Penghargaan dari Balai Bahasa Jawa Timur.
Selengkapnya, mengenal Pelangi Sastra Malang Jawa Timur, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Denny Mizhar, pendiri Pelangi Sastra Malang. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: