Semarang, Idola 92.6 FM – Hasil survei Setara Institute dan Forum on Indonesian Development (INFID) mencatat, sebesar 83,3 persen siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menganggap Pancasila bukan ideologi permanen, sehingga bisa diganti.
Hal itu disampaikan Direktur Eksekutif Setara Institute-Halili baru-baru ini. Dilansir dari CNN Indonesia (17/05), dukungan terhadap persepsi bahwa Pancasila sebagai bukan ideologi yang permanen, artinya bisa diganti, juga sangat besar yakni 83,3 persen responden.
Temuan lain dari hasil survei Setara, yaitu sebanyak 56,3 persen responden terbuka terkait ‘syariat Islam’ sebagai landasan bernegara. Setara dan INFID merekomendasikan agar Kemdikbudristek dan Kemenag merespons; tingginya kategori siswa yang “intoleran aktif” dan terpapar radikalisme.
Lantas, bagaimana merawat nilai-nilai toleransi di kalangan Anak Muda? Apa saja upaya serius yang mesti dilakukan negara? Kenapa upaya untuk membangun ‘WATAK Generasi Muda Bangsa’ yang toleran, tangguh dan mumpuni, seperti tak terdengar–di banding narasi tentang pembangunan fisik?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni Direktur Eksekutif Setara Institute, Halili Hasan dan Dr Suprayogi (Dosen kewarganegaraan & Ketua Pusat Kajian Pancasila dan Karakter Universitas Negeri Semarang (UNNES)). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: