Semarang, Idola 92.6 FM – Sudah hampir sebulan ini, cuaca panas atau suhu ekstrem melanda beberapa wilayah Indonesia, termasuk Kota Semarang.
Menurut Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Hary Tirto Djatmiko, ada dua penyebab yang membuat cuaca panas.”Pertama karena gerakan semu matahari dan akan memasuki musim kemarau,”terang Hary kepada radio Idola Semarang, pagi (05/05) tadi.
Hary menjelaskan disebut gerakan semu karena sebenarnya yang bergerak bukan matahari, tapi bumi dan planet-planet lainnya.”Matahari tepat di garis katulistiwa, pergerakan menuju belahan bumi Utara, Selatan. Saat ini, Mei menuju belahan bumi Utara. Sebenarnya yang bergerak bukan Mataharinya, tapi Bumi dan planet-planetnya,”jelas Hary.
Beda dengan fenomoea di asia dan Indonesia
Hary menambahkan ada perbedaan dengan fenomena suhu panas di Asia dan Indonesia. Kalau di Asia (seperti di India) suhu panas dipicu karena gelombang panas.”Kalau suhu panas belum tentu gelombang panas, tapi gelombang panas, pasti suhu panas,”ungkapnya. Termasuk penyebutan suhu bisa dikatakan mendidih jika lebih dari 100 derajat celcius, sementara di Indonesia suhu antara 32-36 derajat celcius.
Lalu sampai kapan situasi ini akan terjadi? Apakah ini baru pertama kali terjadi di Indonesia? Bagaimana tips melindungi diri dari suhu panas?
Selengkapnya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary Tirto Djatmiko. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: