FIFA Batalkan Indonesia Menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20: Apa Pelajaran Berharga yang Bisa Dipetik?

Tolak tim sepakbola U-20 Israel
Para pengunjuk rasa di dekat Istana Negara di Jakarta pada 20 Maret menuntut pemerintah Indonesia menghentikan tim sepak bola Israel mengambil bagian dalam Piala Dunia FIFA U-20. (Photo/CNN)

Semarang, Idola 92.6 FM – Impian Indonesia menjadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20 2023 pupus sudah. Ibarat pepatah: sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Selain hilangnya potensi ekonomi serta tercorengnya citra Indonesia di kancah internasional, Indonesia juga menanti hukuman dari FIFA.

FIFA memutuskan membatalkan status Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20. Keputusan tersebut diambil tak lama setelah Presiden FIFA Gianni Infantino dan Ketua Umum PSSI Erick Thohir bertemu di Doha, Qatar. FIFA bersikeras menolak diskriminasi Indonesia terhadap timnas Israel.

Sebelumnya, isu penolakan diperparah oleh pernyataan dari politisi dan pemerintah daerah. Dua di antaranya datang dari Gubernur Bali I Wayan Koster dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Kerusuhan Kanjuruhan
Kerusuhan Kanjuruhan Malang. (Photo/CNN)

Lalu, pasca keputusan FIFA yang membatalkan status sebagai Tuan Rumah Piala Dunia U-20 bagi Indonesia, apa pelajaran yang bisa kita petik? Bagaimana melaksanakan amanat konstitusi tentang penjajahan dalam konteks, kompetisi olah raga? Kenapa banyak pejabat (gubernur) yang terjebak dalam persoalan ini apakah karena bentuk “kekenesan” politik di tahun politik?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, yakni: Aditya Perdana, Ph.D (Pengamat Politik/Dosen FISIP Universitas Indonesia), Prof Djoko Pekik Irianto (Dosen Universitas Negeri Yogyakarta/ pernah menjabat sebagai Deputi IV Bidang Olah Raga Prestasi Kemenpora), dan Bung Ronny Pangemanan (pengamat dan komentator sepakbola). (her/yes/ao)

Simak podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News