Semarang, Idola 92.6 FM – Filsuf Cina, Meng Tse atau yang di Barat dikenal sebagai Mencius sering dijuluki sebagai “The Second Sage” yaitu manusia bijak kedua. Yang menarik, di masa kecilnya orangtuanya sampai pindah rumah sebanyak 3 kali, untuk memberikan ‘lingkungan’ yang baik buat pertumbuhannya.
Pertama, rumahnya berada di dekat kuburan sehingga tiap hari Meng Tse selalu melihat orang yang dikubur, dimana keluarganya sedih dan menangis karena kehilangan. Sehingga ibunya mulai berpikir: Wahh… lingkungan ini akan membuat anakku jadi pesimis dan selalu melihat masalah dengan kesedihan. Maka, keluarganya pun pindah rumah.
Rumah keduanya berada di dekat pasar. Sehingga, setiap hari Meng Tse melihat karakter transaksi dan temperamen orang-orang ‘pasar’. Maka, si ibu lagi-lagi memutuskan untuk pindah rumah.
Yang ketiga, rumah yang ditempati berada di dekat sekolahan. Maka, si Meng Tse pun mulai bersekolah.
Suatu hari, belum terlalu lama ia berangkat ke sekolah, Meng Tse sudah pulang ke rumah. Ibu Meng Tse yang setiap saat menenun, bertanya: “Kok kamu sudah pulang?”
Sebelum sempat dijawab, Si ibu menggunting kain-kain yang sudah ditenunnya, menjadi dua. Sambil berkata; “Kamu lihat….kain-kain tenunan ini sudah tidak berguna lagi. Dan, kalau kamu tidak sekolah dengan sungguh-sungguh, maka kamu akan sama dengan kain kain yang sudah terpotong-potong ini.”
Dari kisah Meng Tse tersebut, kita bisa tarik banyak kesimpulan. Salah satunya: betapa pentingnya lingkungan bagi pertumbuhan jiwa manusia.
Maka, ketika di era digital, situasi mengalami perubahan di tengah arus besar teknologi informasi dan betapa pentingnya lingkungan bagi pertumbuhan jiwa manusia, lalu, bagaimana mestinya cara kita “membentuk” lingkungan digital sekarang ini? Bagaimana pula pengasuhan anak-anak di era Medsos sekarang ini agar mereka memiliki nalar kuat dalam menghindar dan tak terbawa arus oleh tindakan-tindakan irasional yang tak mendidik di Sosial Media?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber: Prof Dian Ratna Sawitri, (Dekan Fakultas Psikologi Universitas Diponegoro Semarang), Prof Euis Sunarti (Guru Besar Ketahanan dan Pemberdayaan Keluarga IPB University), dan Dewi Minangsari ( Konsultan Psikolog). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: