Semarang, Idola 92.6 FM – Ukuran seberapa baik penanaman investasi asing di Indonesia tidak hanya dilihat dari besarnya nilai investasi melainkan seberapa besar investasi itu mampu menimbulkan multiflyer efek yang tergambar dalam pertumbuhan ekonomi di daerah yang menjadi tujuan investasi.
Dilansir dari Kompas (26/10), kita boleh senang melihat tingginya angka realisasi investasi akhir-akhir ini. Capaian itu sekilas menjadi ‘pelipur lara’, pada saat dunia sedang dilanda ketakutan di ambang resesi. Seolah membenarkan berbagai “ramalan” bahwa ekonomi Indonesia masih resilien meski ketidakpastian ekonomi global semakin menjadi-jadi.
Diketahui, perekonomian Indonesia disokong oleh dua faktor utama. Pertama, perputaran uang dari konsumsi masyarakat. Kedua, laju investasi yang menunjukkan geliat roda produksi dan aktivitas usaha dalam negeri.
Meski demikian, tolok ukur keberhasilan kinerja investasi bukan hanya diukur dari besarnya “angka” proyek semata melainkan dampaknya bagi kesejahteraan masyarakat. Investasi seharusnya bisa menciptakan multiflyer efek atau efek ganda dalam bentuk penciptaan lapangan kerja yang lebih banyak dan layak serta penurunan angka kemiskinan.
Maka, pertanyaannya kemudian, apa yang perlu disiapkan dan diupayakan agar investasi yang masuk dapat menimbulkan multiflyer efek? Bagaimana mengoptimalkan sebesar-besarnya manfaat dari investasi yang masuk?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: mohammad Faisal (Direktur Eksekutif CORE Indonesia), Armand Suparman (Direktur Eksekutif Komite Pemantauan Pelaksanaan Otonomi Daerah (KPPOD)), dan Muhamad Jumadi (Wakil Wali Kota Tegal). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: