Semarang, Idola 92,6 FM-Bursa Efek Indonesia (BEI) Semarang melihat, potensi resesi dalam negeri masih jauh dari perkiraan semua orang. Bahkan, tingkat resesi Indonesia dibandingkan negara lain lebih rendah.
Kepala Perwakilan BEI Semarang I Fanny Rifqi mengatakan terkait pada 2023 mendatang, memang kondisi global saat ini beberapa negara sudah mengalami perlambatan pertumbuhan. Bahkan, berpotensi resesi. Pernyataan itu dikatakan saat ditemui di kantornya, Kamis (27/10).
Fanny menjelaskan, data yang dikeluarkan lembaga ekonomi dunia menyebutkan risiko resesi Indonesia berada di peringkat bawah. Artinya, risiko Indonesia terkena resesi dibanding negara lain cukup rendah.
Menurut Fanny, jika melihat Indonesia maka ancaman itu dipandang cukup jauh. Sebab, Indonesia adalah negara yang cukup tahan banting.
“Sebenarnya kalau bicara soal resesi atau krisis ekonomi, kita sudah punya pengalaman. Kalau kita mundur ke belakang sejak 2008 misalkan, itu luar biasa sekali. IHSG bisa turun sampai -50 persen. Kemudian ada lagi di 2013 itu krisis di Eropa dan 2015 krisis di China,” kata Fanny.
Lebih lanjut Fanny menjelaskan, belajar pada awal pandemi kemarin. Yang menjadi masalah adalah masyarakat tidak punya kemampuan membeli, karena adanya pembatasan.
“Bukan karena tidak mempunyai uang, tapi aktivitasnya kan dibatasi. Hal itu betul-betul memukul ekonomi Indonesia dan pertumbuhan dalam negeri minus sampai lima persen,” pungkasnya. (Bud)