Semarang, Idola 92,6 FM – PGN terus mengembangkan bisnis Biomethane sebagai salah satu program langkah dekarbonisasi, khususnya pada industri kelapa sawit yang memanfaatkan limbah cair minyak kelapa sawit menjadi energi baru terbarukan.
Hal tersebut sejalan dengan target pemerintah Indonesia dan komitmen BUMN, dalam mengurangi emisi karbon agar tercapai Net Zero Emission pada 2060.
PGN berkolaborasi dalam bisnis biomethane dalam mengembangan energi baru yang lebih sustainable.
Direktur Strategi dan Pengembangan Bisnis PGN Heru Setiawan mengatakan hasil pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit yang disebut Palm Oil Mill Effluent (POME), diolah menjadi BioMethane.
Pengolahan limbah cair pabrik minyak kelapa sawit di Indonesia sebanyak 187,5 juta ton buah mentah sawit, dapat menghasilkan kurang lebih 45 juta ton CPO dan POME 109,3 juta ton yang dapat melepaskan methane ke atmosfer setara dengan 36 juta ton CO2e.
Heru menjelaskan total potensi Biomethane di Indonesia saat ini sebesar 195 MMSCFD dengan areal distribusi meliputi Riau, Kalimantan Tengah, Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Sumatera Selatan.
Ada beberapa pabrik kelapa sawit di Sumatera di sekitar jalur pipa gas bumi PGN Group yakni Aceh, Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan dan Lampung.
“Potensi POME diusulkan untuk diolah menjadi Biomethane yang pemanfaatannya dapat disandingkan dengan gas bumi. Biomethane dapat menjadi opsi sebagai EBT untuk menggantikan bahan bakar minyak yang berasal dari fosil. Pengolahan POME membantu mengatasi permasalahan lingkungan, karena limbah cair tersebut dapat membahayakan lingkungan jika tidak diolah dan dimanfaatkan dengan tepat,” kata Heru
Lebih lanjut Heru menjelaskan, dengan karakteristik yang setara dengan gas bumi ini Biomethane memiliki berbagai potensi penggunaan akhir mirip dengan gas bumi.
Mulai dari bahan bakar kendaraan, generator listik dan pemanas. Selain itu, biomethane juga lebih baik dalam hal jejak karbon yang rendah.
“Biomethane menarik untuk investasi dalam jangka panjang ke depan. Apalagi kondisi global saat ini banyak industri dunia fokus pada investasi bersih berasis green energy,” pungkasnya. (Bud)