Palu, Idola 92.6 FM – Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2020, sekitar 59% sungai di Indonesia tercemar berat. Sebagian besar sampah yang mencemari sungai di Nusantara, berasal dari limbah industri yang menyebabkan kehidupan biota dalam sungai mati. Belum lagi sampah plastik, kresek dan lain sebagainya. Padahal lebih dari 80% bahan baku air minum masyarakat berasal dari sungai.
Guna mengetahui lebih detil kondisi sejumlah sungai di Tanah Air, Ecological Observation and Wetlands Conservation (Ecoton) yang bermarkas di Gresik Jawa Timur mengadakan penyusuran di 68 sungai dengan nama Ekspedisi Sungai Nusantara. Kegiatan ini dilakukan Pendiri sekaligus Direktur Yayasan Ecoton, Prigi Arisandi dan tim.
“Sungai-sungai rusak, Brantas, Bengawan, Ciliwung, hanya diambil manisnya, pahitnya dibuang,” tutur Prigi kepada radio Idola, pagi (12/10) tadi.
Prigi yang saat ini sedang di Kota Palu Sulawesi Tengah mengatakan penelusuran sungai-sungai tak hanya fokus di pulau Jawa. Tapi juga di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara pasti kondisi sungai-sungai tersebut.
“Dulu nenek moyang kita, langsung minum air sungai. Sekarang, ada penyusutan kualitas air sungai,” tambah Prigi yang melakukan Ekspedisi Sungai Nusantara sejak beberapa bulan lalu.
Tercatat hingga hari ini, sudah 30 sungai yang diteliti oleh mereka. Sekitar 70 hingga 80 persen sungai di Indonesia dalam kondisi rusak khususnya di Pulau Jawa. Tim Ecoton juga telah melakukan somasi terhadap gubernur di pulau Jawa.
Untuk mengetahui lebih banyak tentang Ekspedisi Sungai Nusantara, berikut wawancara radio Idola Semarang dengan Pendiri sekaligus Direktur Yayasan Ecoton, Prigi Arisandi. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: