Gorontalo, Idola 92.6 FM – Dari mantan pemburu satwa liar, kemudian menjadi pemandu wisata dan pelestari satwa liar. Demikian kisah seorang anak muda bernama Ardin Mokodompit (28) warga Desa Tulabolo Barat, Kecamatan Suwawa Timur, Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Desa yang masih dekat dengan hutan kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Gorontalo.
Dari usia anak-anak sampai remaja, Ardin keluar masuk hutan untuk memburu satwa liar. Hewan apa saja diburunya, yang penting menghasilkan. Dia dan banyak teman kampungnya biasa mencari hewan di hutan atau di kebun warga. Lambat laun usai lulus sekolah menengah atas, Ardin mulai membiarkan hewan-hewan hidup bebas di habitatnya. Apa alasannya?
Ternyata membiarkan satwa liar justru mendatangkan uang dari pada menembaknya. Terlebih setelah ia diajak saudaranya bergabung menjadi pemandu wisata Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Rezeki tetap ada.
“Contoh saya nembak burung raja-udang. Pas wisatawan ke sini, kasih liat fotonya, ingin lihat burung itu. Waduh, dulu burung itu sering saya buru,” cerita Ardin kepada radio Idola, pagi (19/08) tadi.
Setelah tujuh tahun bergelut menjadi pemandu wisata Ardin punya keinginan/cita-cita. Dia ingin menjaga satwa, melestarikan, agar kelak anak-anak/generasi penerus tak hanya melihat satwa-satwa itu dari foto atau hanya mendengar sebagai sejarah.”Tapi bisa melihat burungnya, contoh burung maleo. Pak, tampangnya burung maleo gimana?,” tutur Ardin membayangkan jika suatu saat, ada anak-anak menanyakan satwa-satwa liar tersebut.
Dari pengalamannya sejak kecil, Ardin jadi hafal tempat di mana burung biasa berada pada jam-jam tertentu termasuk sarang tarsius. Bahkan, minggu lalu, Ardin menemani turis dari Jerman untuk shooting film di hutan Hungayono.
Selengkapnya, berikut ini cerita kisah Ardin Mokodompit, mantan pemburu satwa liar yang menjadi pemandu wisata di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone Gorontalo. (yes/her)
Simak podcast wawancaranya: