Semarang, Idola 92.6 FM – Survei terbaru Litbang Kompas yang dikeluarkan baru-baru ini menyebut, sebagian besar responden dalam survei, sebanyak 67,7 persen menyatakan akan tetap teguh memilih capres yang mereka sukai sekalipun diusung parpol yang tidak disukai.
Dari sisi figur, hasil survei semakin meneguhkan tingkat elektabilitas kandidat calon presiden pada 3 sosok teratas. Yakni, Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan.
Nama Prabowo yang bertengger pada urutan teratas mendulang elektabilitas sebesar 25,3 persen. Di posisi kedua, menyusul nama Ganjar Pranowo dengan capaian elektabilitas sebesar 22,0 persen. Kemudian, di posisi ketiga, Anies Baswedan dengan capaian sebesar 12,6 persen.
Jika dilihat secara keseluruhan, ketiga sosok bakal capres di papan atas itu telah menyerap tiga perlima total elektabilitas semua nama yang digadang-gadang maju dalam Pilpres 2024. Adapun figur potensial capres di luar ketiga nama itu terpaut cukup jauh bahkan tak ada yang elektabilitasnya mencapai 5 persen.
Elektabilitas yang kian mengerucut itu juga membuktikan bahwa kemantapan pilihan publik terus menguat dengan lebih mendasarkan penilaian pada figur yang selama ini dipersoalkan sebagai capres. Sekalipun tetap memiliki dampak elektoral secara langsung, eksistensi partai politik sebagai “kendaraan” pengusung capres tak lagi menjadi factor besar dalam memengaruhi pilihan capres.
Lalu, ketika sosok atau figur kandidat capres lebih menjadi magnet ketimbang Partai, apa penyebabnya? Dan apa dampaknya?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan narasumber, di antaranya: Gun Gun Heryanto (Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute dan Dosen Komunikasi Politik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta) dan Pipin Sopian (Politisi/ Juru Bicara Partai Keadilan Sejahtera (PKS)). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: