Perang Ukraina vs Rusia Beri Dampak Ekspor Garmen ke Eropa

Deddy Mulyadi Ali
Deddy Mulyadi Ali, Ketua Apindo Kota Semarang.

Semarang, Idola 92,6 FM-Pengusaha garmen di Kota Semarang mengeluhkan dampak dari perang Ukraina dan Rusia, yang berimbas pada berkurangnya permintaan atau pasar dari Eropa. Hal ini akan menjadi kendala, jika perang terjadi cukup lama.

Ketua Apindo Kota Semarang Dedy Mulyadi Ali mengatakan pasar produk garmen dan produk tekstil ke Eropa berkurang, karena dampak dari perang antara Ukraina dan Rusia.

Saat ini permintaan banyak datang dari Mesir, Dubai dan sekitar timur tengah serta Amerika Serikat. Pernyataan itu dikatakan saat ditemui di pabriknya di kawasan industri Wijaya Kusuma, baru-baru ini.

Menurutnya, permintaan produk garmen dan produk tekstil ke Dubai atau Mesir cukup banyak. Sehingga, terbukanya peluang pasar di timur tengah harus bisa dimanfaatkan para pengusaha di dalam negeri sebagai terobosan menutupi berkurangnya permintaan dari pasar Eropa.

Dedy menjelaskan, dampak dari perang Ukraina dengan Rusia terhadap permintaan garmen dan tekstil di pasar Eropa saat ini tengah dihitung. Terutama, permintaan dari negara-negara pecahan Rusia yang masih berpihak pada induknya. Termasuk, pasokan bahan baku dari Eropa juga sedikit mengalami kendala.

“Sirkulasi bahan baku tentu terganggu, ketepatan bahan baku yang dipesan itu bisa datang tepat waktu. Kemarin juga terhadap sedikit, tapi itu bukan karena perang Ukraina dan Rusia lebih karena kasus COVID-19 di China meningkat. Jadi, distribusi bahan bakunya agak terhambat gitu. Karena di dunia ini, sebagian besar bahan baku dari China. kita mesti menyesuaikan saja, kalau tidak bisa menyesuaikan ya cuma main-main seperti biasa saja,” kata Deddy.

Lebih lanjut Deddy berharap, dampak perang Ukraina dengan Rusia tidak berlangsung lama dan perdagangan kembali lancar. Sebab, pengusaha di negara yang sedang berperang juga tetap akan memertahankan bisnisnya bisa berjalan.

“Banyak cara pasti yang bisa dilakukan pengusaha, agar dagangannya tetap bisa laku. Apakah harus transit ke negara lain dulu, baru masuk ke negara tujuan. Banyak jalurnya,” pungkasnya. (Bud)

Ikuti Kami di Google News