Semarang, Idola 92,6 FM – PGN LNG Indonesia (PLI) mengembangkan lima inisiatif, dalam rangka diversifikasi Liquefied Natural Gas (LNG) sebagai energi transisi yang berkelanjutan. PLI menyusun inisiatif infrastruktur LNG, sehingga bisa memercepat proses transisi energi. Selain itu, nilai emisi LNG lebih rendah 40 persen dibandingkan batu bara.
Direktur Utama PLI Nofrizal mengatakan gas bumi mayoritas dibutuhkan sektor industri dan pembangkit listrik, sehingga terjadi kenaikan konsumsi gas di sektor pembangkit listrik. Pernyataan itu disampaikan melalui siaran pers, kemarin.
Menurutnya, diperlukan adanya transisi energi dalam skenario energi baru terbarukan (EBT).
Nofrizal menjelaskan, ada lima inisiatif yang dilakukan PLI menuju transisi energi berkelanjutan. Yakni pengelolaan FSRU Lampung, penyediaan LNG di wilayah Papua Barat, LNG sebagai bahan bakar kereta api dan LNG untuk kawasan pelabuhan serta pengoperasian dan perawatan fasilitas LNG.
“Inisiatif-inisiatif pada bisnis LNG ini berangkat dari peluang LNG ke depan, di mana LNG punya peran penting pada masa transisi menuju net zero emission pada tahun 2060,” kata Nofrizal.
Lebih lanjut Nofrizal menjelaskan, khusus untuk kawasan pelabuhan itu terdapat PP No 31 Tahun 2021 mengenai penerapan IMO 2020 perihal standar emisi maksimum kandungan sulfur sebesar 0,5 persen.
“Sebagian besar, kapal masih menggunakan bahan bakar yang menghasilkan emisi karbon dan sulfur di atas 0,5 perse. Maka dari sini, diambil peluang untuk menyediakan bahan bakar dengan emisi yang lebih rendah dan sulfur 0 persen,” pungkasnya. (Bud)