Purwokerto, Idola 92.6 FM – Kebocoran gas terjadi di sumur pengeboran Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Dieng Kabupaten Banjarnegara Jawa Tengah pada Sabtu (12/03) lalu. Akibat kebocoran gas di Dieng, dilaporkan satu orang meninggal dunia dan delapan orang lainnya dirawat di rumah sakit.
Menurut Sachrul Iswahyudi, pakar geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, agar ke depan tak terjadi lagi, perlu adanya mitigasi massif, termasuk pola tanam lahan pertanian masyarakat di sekitar lokasi rawan bencana gas. Tujuannya agar menekan laju gas beracun keluar ke permukaan.
Sachrul menjelaskan, kondisi di banyak lapangan, panas bumi memang demikian. Banyak mengandung gas-gas yang bersifat racun jika melebihi ambang batas yang bisa ditoleransi tubuh manusia seperti gas CO CO2, H2S, SO2, dan lain lain. Konsentrasi gas-gas beracun yang tinggi di Dieng mengingatkan akan Tragedi Sinila pada 1979 yang merenggut 149 korban jiwa akibat terpapar gas beracun melebihi ambang.
Gas-gas beracun tidak saja keluar pada sumur-sumur panas bumi tapi juga bisa terjadi di kawah-kawah yang banyak terdapat di Dieng. Sehingga diperlukan mitigasi untuk menekan jatuhnya angka korban, jika sewaktu-waktu gas tersebut terhirup masyarakat sekitar.
Lantas, seperti apa mitigasi yang dibutuhkan untuk mengantisipasi kebocoran gas di kawasan Dieng, selengkapnya berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Sachrul Iswahyudi, pakar geologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto. (yes/her)
Dengarkan podcast wawancaranya: