Semarang, Idola 92.6 FM – Dinamika politik nasional jelang Pemilu 2024 menunjukkan hasil pilihan parpol kian terkonsolidasi. Jumlah responden yang belum menentukan pilihan mengecil sehingga elektabilitas parpol cenderung naik.
Hasil Survei Kepemimpinan Nasional Kompas terbaru mengungkap fakta, publik yang belum menyatakan pilihan tinggal 17,6 persen⸺menurun jauh dibandingkan pada survei tahun 2020-2021 yang berfluktuasi 28 persen hingga 44 persen.
Meski Pemilu masih dua tahun lagi, tampaknya publik sudah menyerap berbagai narasi dan argumentasi yang biasanya berujung pada keberpihakan politik. Dari hasil survei, Partai peraih elektabilitas tertinggi masih PDI Perjuangan dengan 22,8 persen, meningkat dari 19,1 persen pada Oktober 2021.Partai Gerindra di peringkat berikutnya dengan 13,9 persen, naik dari 8,8 persen. Pada peringkat ketiga terjadi perubahan. Partai Demokrat naik signifikan dari 5,4 persen menjadi 10,7 persen. Sementara peringkat keempat dan kelima diduduki Partai Golkar dan PKS dengan masing-masing 8,6 persen dan 6,8 persen. Disusul PKB 5,5 persen dan Nasdem 3,5 persen.
Maka, ketika hasil jajak pendapat menunjukkan bahwa pilihan parpol semakin terkonsolidasi⸺yang artinya, masyarakat sudah punya gambaran parpol mana yang akan dipilihnya dalam pemilu nanti, apakah itu berarti menunjukkan keberhasilan parpol dalam “menjual” ideologi? Dan keberpihakannya pada konstituen kian terlihat nyata? Ataukah, Pemilu ke depan masih akan tetap sama saja⸺yang hanya melanggengkan kekompakan antar sesama koalisi Parpol⸺dalam mendukung kekuasaan dan mengabaikan aspirasi konstituennya?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, di antaranya: Prof R. Siti Zuhro (Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Indonesia) dan Dr. Dhia Al Uyun (Pakar Hukum Tata Negara Universitas Brawijaya Malang). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: