Semarang, Idola 92.6 FM – Demokrasi adalah pilihan kita. Banyak negara yang percaya demokrasi sebagai jalan yang terbaik, walau tidak sempurna. Kita percaya, demokrasi adalah jalan tengah bagi bangsa Indonesia yang beragam suku dan bahasanya. Demokrasi adalah “ruang yang luas” untuk menampung segala perbedaan kita⸺dengan senyuman di meja diskusi, mungkin sambil menyeruput kopi.
Tapi, setelah sekian lama, setelah melewati reformasi yang ber-ongkos tinggi, demokrasi yang kita hasilkan baru sebatas Flawed Democracy yaitu, demokrasi di mana pemilihannya adil dan bebas serta kebebasan sipilnya secara dasar dihormati tetapi memiliki masalah, seperti dalam pelanggaran kebebasan media dan penindasan kecil terhadap oposisi dan kritikus politik.
Terkini, berdasarkan The Economist Intelligence Unit yang diluncurkan awal Februari 2022, skor Indonesia pada Indeks Demokrasi 2021 mencapai 6,71, capaian ini lebih baik dibanding tahun lalu, yang sebear 6,30. Peringkat Indonesia naik dari 64 menjadi 52, dari 167 negara yang dikaji. Indonesia masuk 10 negara dengan kinerja peningkatan skor terbaik. Namun, Indonesia masih masuk kategori flawed democracy (demokrasi cacat).
Maka, bagaimanakah cara kita meningkatkan skor indeks demokrasi atau bahkan cara untuk mewujudkan demokrasi yang substansial?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, di antaranya: Prof Firman Noor (Peneliti Senior Pusat Riset Politik Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)) dan Arsul Sani (Wakil Ketua MPR RI). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: