Semarang, Idola 92.6 FM – Setelah selama tahun 2020, bersusah payah bahkan “berdarah-darah” akibat Pandemi Covid-19, ekonomi Indonesia berangsur-angsur mampu bangkit pada 2021. Dan, pada tahun 2022, ekonomi Indonesia diperkirakan bisa “tinggal landas” pasca Pandemi Covid-19.
Hal itu berdasarkan prediksi Bank Dunia baru-baru ini. Bank Dunia dalam laporan terbarunya bertajuk “A Green Horizon: Toward a High Growth and Low Carbon Economy” memperkirakan ekonomi Indonesia tumbuh 3,7 persen tahun ini dan 5,2 persen pada tahun 2022. Jauh membaik ketimbang tahun lalu yang minus lebih dari 2 persen. Hal itu dengan asumsi Indonesia tidak lagi mengalami gelombang Covid-19 yang parah.
Meski demikian, Bank Dunia juga mengingatkan bahwa Indonesia masih menyisakan luka yang teramat dalam akibat Pandemi dan luka itu butuh waktu yang cukup lama untuk disembuhkan. Hal itu karena pada tahun 2020 lalu, ekonomi Indonesia mengalami kontraksi atau pertumbuhan negatif lebih dari 2% atau yang terburuk sejak tahun 1998.
Bank Dunia menyebut, beberapa luka dalam yang diderita Indonesia itu antara lain: meningkatnya pengangguran, menurunnya investasi, dan meningkatnya kemiskinan. Persoalan ini, menurut Bank Dunia tak hanya diderita oleh Indonesia namun juga banyak negara di dunia.
Lantas, jika Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia mampu bangkit dan “tinggal landas” tahun depan, namun di sisi lain, masih ada luka dalam yang diderita dan sembuhnya lama akibat Pandemi, maka, bagaimana mengakselerasi pemulihan kesembuhan luka tersebut agar ekonomi RI pada tahun depan bisa betul-betul “tinggal landas” seperti prediksi World Bank? Apa saja hambatan dan rintangan yang mesti disingkirkan?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Mohammad Faisal (Direktur Eksekutif CORE Indonesia); Eka Chandra Buana (Direktur Perencanaan Makro Dan Analisis Statistik Kementerian PPN/ Bappenas); dan Adhi S Lukman (Pengusaha/ Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI)). (her/yes/ao)
Simak podcast diskusinya: