Semarang, Idola 92,6 FM – Dinas Kesehatan Jawa Tengah meminta seluruh sekolah yang menggelar pembelajaran tatap muka (PTM), untuk memerbaiki protokol kesehatan dalam upaya pencegahan penularan COVID-19. Khusus bagi sekolah yang terjadi klaster selama pelaksanaan PTM, harus ditutup selama dua pekan untuk dilakukan evaluasi.
Kepala Dinas Kesehatan Jateng Yulianto Prabowo mengatakan protokol kesehatan di sekolah cukup banyak itemnya, dan harus dipatuhi pihak sekolah maupun siswa dan para orang tua. Pernyataan itu dikatakannya saat ditemui usai mengikuti rapat evaluasi penanganan COVID-19 di kantor gubernur, Senin (1/11) sore.
Yulianto menjelaskan, sekolah yang mampu menjalankan protokol kesehatan dengan baik dan sesuai aturan berlaku akan meminimalkan penularan COVID-19 selama pelaksanaan PTM. Karena, seluruh pemangku kepentingan maupun peserta PTM mampu melaksanakan protokol kesehatan yang sudah dijadikan standarisasi.
Menurutnya, bagi sekolah yang terjadi klaster saat pelaksanaan PTM harus memerbaiki sarana prarana penunjang protokol kesehatan.
“Kita kan mengadakan sampling untuk mengetahui kondisi siswa, tenaga pendidik maupun guru dan semacam itu. Dan kita melaksanakan. Kita wajib untuk mencegah, jangan sampai ada penularan-penularan. Karena kalau nanti menular jadi lebih banyak, yang menderita ini juga menjadi masalah. Maka, prokes ini kuncinya di situ,” kata Yulianto.
Lebih lanjut Yulianto meminta kepada sekolah-sekolah yang menggelar PTM, untuk tidak lengah dalam upaya pencegahan COVID-19.
Sementara itu Gubernur Ganjar Pranowo menyatakan, saat ini yang masih dilakukan adalah penutupan terhadap sekolah-sekolah karena terdapat klaster. Penutupan dilakukan selama dua pekan, untuk mengevaluasi pelaksanaan PTM yang terdapat klaster.
Menurutnya, satuan tugas (satgas) COVID-19 harus bekerja dengan baik sesuai protokol kesehatan untuk pencegahan penularan COVID-19.
“Begitu itu (ada kasus) SOP-nya ditutup sekolahnya, kayak yang di Solo itu. Langsung tutup dua minggu, terus evaluasi dan dilakukan tracing dan testing. Pokoknya jadi SOP seperti itu. Dengan SOP itu, menjadi kebiasaan yang nanti bisa dipakai sebagai pengelolaan PTM,” ucap Ganjar.
Ganjar meminta sekolah, agar selalu memerhatikan dan melakukan evaluasi harian pelaksanaan PTM. Apabila klaster PTM masif terjadi di satu kota, maka semua sekolah harus menghentikan kegiatannya. (Bud)