Semarang, Idola 92.6 FM – “Insanity is doing the same thing over and over again, but expecting different results”. Melakukan hal yang sama berulang-ulang, tapi mengharap hasil berbeda, adalah kegilaan.
Bukan Albert Einstein melainkan Rita Mae Brown yang menulis dalam novelnya “Sudden Death” tahun 1983, kalimat yang menjadi sangat populer dalam hampir empat dekade itu.
Pepatah itu kembali terngiang ketika kita membicarakan kebijakan penanggulangan Pandemi yang dilakukan Pemerintah. Pemerintah terus mengubah-ubah nama kebijakan. Mulai dari PSBB, PSBB transisi, PSBB ketat, Pembatasan Sosial Berskala Mikro atau Kecil (PSBM/PSBK), Pembatasan Sosial Kampung Siaga (PSKS), PPKM Darurat, hingga kini: PPKM level 4. Tujuh istilah yang berbeda namun untuk kebijakan serupa.
Dan, kita pun masih ingat, ketika PPKM darurat ditetapkan, lonjakan kasus justru menggila. Pada saat yang sama, masyarakat menjerit karena ekonominya terjepit.
Kini, seiring waktu, terjadi sedikit modifikasi istilah–dengan menghilangkan kata darurat diganti dengan level tanpa perubahan yang substansi. Karena ujungnya masih akan tetap memerlukan Tes Lacak Isolasi (TLI) dan vaksinasi yang lebih masif. Akan tetapi petunjuk ke arah itu belum nampak.
Kini, ketika lonjakan kasus sudah mulai masuk ke desa-desa yang belum banyak menerima vaksin serta ketersediaan oksigen yang tak juga melimpah. Maka, apa perbaikan yang mesti diupayakan? Bagaimana mendorong dilakukannya tes lacak isolasi dan vaksinasi secara besar besaran? Apa novelty (kebaruan) dalam penanganan yang segera perlu diupayakan agar kita tidak terus menerus melakukan hal yang sama sambil berharap hasil yang berbeda?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: Dr Edy Wuryanto, M.Kep (Anggota komisi IX DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan dan juga sebagai Ketua DPW Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) Jawa Tengah); Dr Windhu Purnomo (Ahli Epidemiologi Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya); dan dr Sarwoko Oetomo MMR (Wakil Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jateng). (her/ yes/ ao)
Dengarkan podcast diskusinya: