Semarang, Idola 92.6 FM – Tren kasus Covid-19 di sejumlah daerah di Jawa dan Bali diklaim menurun meski masih tinggi. Saat bersamaan, sejumlah indikator di wilayah luar Jawa menunjukkan pemerintah perlu melakukan antisipasi khusus. Indikator itu antara lain, keterisian tempat tidur rumah sakit, tambahan kasus harian, jumlah tenaga kesehatan terpapar Covid-19, cakupan vaksinasi, dan kebutuhan oksigen.
Di sisi lain, di tengah lonjakan kasus, ahli epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman memprediksi Indonesia bakal menjadi negara yang paling akhir keluar dari kubangan pandemi Covid-19 dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Dicky mengatakan, prediksi itu muncul lantaran kasus Covid-19 di Indonesia telah menyebar ke seluruh provinsi. Di sisi lain, strategi pengendalian pandemi masih belum agresif dan ideal.
Ia memaparkan dua faktor yang menjadi indikasi Indonesia susah ‘kabur’ dari pandemi Covid-19. Pertama, Indonesia merupakan negara kepulauan. Dengan kondisi itu, sangat mudah menciptakan fenomena pingpong kasus Covid-19 yang menurutnya terjadi hingga saat ini. Kedua, Indonesia diprediksi menjadi negara yang paling akhir keluar dari pandemi lantaran strategi testing, tracing, treatment (3T) pemerintah masih belum agresif dan masif. Padahal pandemi Covid-19 sudah menjangkiti Indonesia dalam 16 bulan terakhir.
Prediksi juru wabah tersebut dapat kita maknai sebagai semacam “alarm” bagi Pemerintah untuk tetap meningkatkan 3 T, sekaligus kewaspadaan bagi masyarakat. Sehingga, warga tetap harus menerapkan protokol kesehatan 5 M.
Maka, melihat kinerja penanganan Pandemi kita sejauh ini, benarkah Indonesia akan menjadi negara yang terakhir keluar dari Pandemi? Bagaimana mencegah efek pingpong antara Jawa dan Luar jawa? Upaya ekstra apa lagi yang mesti terus dilakukan dalam upaya terus mengoptimalkan penerapan 5 M, 3 T, dan vaksinasi sebagai kunci penanggulangan Pandemi?
Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber yakni: dr. Pandu Riono (Juru Wabah/Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia) dan Dr. Muhammad Atoillah Isfandiari, dr., M.Kes (Ahli Epidemiologi FKM Universitas Airlangga Surabaya). (her/ yes/ ao)
Dengarkan podcast diskusinya: