Semarang, Idola 92.6 FM – Jamur Tiram, merupakan tumbuhan yang banyak tumbuh di wilayah Indonesia karena iklim yang cocok. Jamur ini sangat bermanfaat dan bernilai ekonomis tinggi karena banyak dijual sebagai produk makanan. Sehingga banyak masyarakat umum yang membudi dayakan jamur tiram.
Banyaknya petani yang membudidayakan jamur tiram menimbulkan masalah limbah dari pembudidayaan Jamur Tiram. Karena limbah yang ditimbulkan akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya petani yang membudi dayakan jamur tiram.
Oleh hal itu, baru-baru ini Mahasiswa FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) yang terdiri Yashinta Devi, Muhammad Yulianto Budiono, Reni Wiarti Muharomi memanfaatkan limbah media jamur tiram sebagai organic fertilizer dengan variasi konsentrasi Effective Microorganism (EM4) untuk mengatasi limbah petani jamur tiram.
Devi menerangkan, menurut data dari Dinas Pertanian Provinsi DIY, jumlah petani jamur sekitar 100 orang dengan kapasitas bag-log jamur per orang sekitar 13.000. Bila dilihat dari jumlah pembudidaya jamur tiram tersebut maka kelimpahan limbah yang dihasilkan sangat banyak dan saat ini belum terkelola dengan baik. Padahal limbah budidaya jamur tiram sangat potensial untuk dikembangkan menjadi pupuk organik.
“Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi pemberian Effective Microorganism (EM4) berpengaruh terhadap kualitas Organic Fertilizer dari limbah media jamur tiram, mengetahui variasi Organic Fertilizer dari limbah media jamur tiram yang sesuai dengan standar dari Kementerian Pertanian”, lanjutnya.
Metode penelitian, menurut Devi, menggunakan variasi konsentrasi Effective Microorganisme (EM4) untuk pembuatan pupuk organik limbah media tanam jamur tiram dari Minggu ke-0 Sampai Minggu ke-4 dengan parameter uji C/N organik, kadar air, pH, dan suhu yang dibandingkan dengan standar dari Kementerian Pertanian.
Penelitian dimulai dengan menyediakan limbah media budi daya jamur tiram, kemudian menambahkan EM4 (variasi konsentrasi 0%, 5%,10%, 15%,20% dari berat limbah media jamur tiram 150 kg).
Kemudian pengomposan dilakukan pada Minggu ke-0 sampai Minggu ke-4. Setelah itu dilakukan uji kadar air, Nitrogen menggunakan metode kjel dahl, Uji kadar C organik menggunakan metode walkey and black, suhu.
Pada pengukuran suhu ini dilakukan pengamatan dari suhu awal pengadukan dan pengamatan suhu setiap semiggu sekali pada saat proses pembalikan kompos limbah media jamur tiram. Sedangkan uji kandungan derajat kesaman (pH) dilakukan setiap 7 hari sekali setelah proses pengadukan selesai.
Dari hasil penelitian dan pengujian yang sudah dilakukan maka penambahan kadar EM4 15% merupakan variasi terbaik atau lebih mendekati standar. (Witono UNY/Yessa/Diaz A/Heri CS)