Semarang, Idola 92,6 FM – Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Jawa Tengah menyebutkan, paparan paham radikalisme dan intoleransi paling banyak berasal dari gawai atau media sosial. Bahkan, di masa pandemi COVID-19 ini orang sering menghabiskan waktu dengan berselancar di dunia maya lewat gawai.
Ketua FKPT Jateng Syamsul Ma’arif mengatakan pihaknya terus melakukan pencegahan dan penetrasi terhadap paparan paham radikalisme dan intoleransi, untuk melakukan doktrin kepada masyarakat. Pernyataan itu dikatakannya usai menjadi narasumber diskusi Taubat Teroris di halaman parkir TBRS, Selasa (4/5) petang.
Menurut Syamsul, selama masa pandemi ini banyak orang yang menggunakan gawai setiap hari untuk berselancar di dunia maya. Sehingga, paparan paham radikalisme dan intoleran mudah didapatkan masyarakat.
Syamsul menjelaskan, paparan melalui gawai atau media sosial harus diwaspadai sebagai salah satu cara kelompok intoleran atau teroris mencuci otak. Sehingga, dengan mudah memasukkan paham radikalisme.
“Hasil penelitian kita sangat tinggi sekali, bahkan bisa 64 persen mereka melakukan transmisi melalui gadget. Siapa yang bisa mendeteksi? Guru lepas, orang tua lepas dan masyarakat lepas. Di kamar melakukan apa yang disebut dengan baiat. Maka saya pengen Kemeninfo itu harus tegas, kalau bisa dilockdown. Jangan kasih ruang-ruang perdebatan hoax, atau perdebatan yang tanpa data di ruang-ruang maya,” kata Syamsul.
Lebih lanjut Syamsul memberikan masukan kepada masyarakat, agar berhati-hati jika mendapat informasi menyesatkan berbalut agama. Namun pada intinya, mengajarkan paham intoleransi dan radikalisme serta tidak bisa menerima perbedaan.
“Orang yang tidak paham tentang agama, harus cerdas untuk menelaah informasi. Satu hal yang harus dipahami, bahwa agama tidak mengajarkan kebencian,” pungkasnya. (Bud)