Semarang, Idola 92,6 FM – Guna memitigasi gangguan ketersediaan pangan akibat anomali cuaca sepanjang tahun ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Tengah akan terus melakukan pemantauan harga dan ketersediaan stok pangan. Termasuk, dengan penguatan program cadangan pangan dalam upaya menghadapi anomali cuaca.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jateng Pribadi Santoso mengatakan pihaknya akan terus berupaya, untuk menjaga stabilitas inflasi pangan sebagai dampak dari fenomena La Nina. Pernyataan itu dikatakannya usai mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Pangan Strategis Jawa Tengah Menghadapi Anomali Iklim 2021, baru-baru ini.
Pribadi menjelaskan, kelompok bahan pangan dan juga minuman serta tembakau selama ini masih menjadi penyebab utama gejolak inflasi di Jateng sejak 2012 sampai 2018. Beberapa komoditas yang kerap menyumbang inflasi di Jateng di antaranya adalah beras dan cabai-cabaian.
Menurut Pribadi, fenomena iklim yang terjadi sepanjang 2021 ini harus menjadi perhatian karena akan memberi pengaruh terhadap produk pangan khususnya volatile food. Sehingga, diperlukan adanya perbaikan infrastruktur jaringan irigasi dan infrastruktur logistik serta pengembangan kerja sama antardaerah dan penguatan digitalisasi pertanian.
“Berdasarkan data historis gangguan La Nina maupun El Nino, menyebabkan penurunan produktivitas pertanian yang selanjutnya akan mendorong tekanan inflasi yang lebih tinggI. Yakni, terjadi pada komoditas volatile food yang rentan terhadap gangguan cuaca. Dengan adanya perubahan iklim, intensitas gangguan fenomena La Nina diperkirakan akan semakin meningkat, sehingga berdampak negatif terhadap produktivitas pertanian. Ini yang perlu terus dicermati,” kata Pribadi.
Lebih lanjut Pribadi menjelaskan, melalui penerapan digitalisasi pertanian akan menjadi solusi menjaga ketersediaan pasokan pangan di Jateng menghadapi fenomena iklim cuaca sepanjang tahun ini. Sehingga, teknologi digital dari hulu sampai hilir akan menjadi fokus yang dikembangkan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TIPD) Jateng.
“Sebagai jangka pendeknya stabilitas harga dan pasokan komoditas perlu dijaga, terutama komoditas beras. Sehingga, pada akhirnya bisa mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif di Jawa Tengah,” pungkasnya. (Bud)