Memahami Fenomena “Teror” Semut Bau di Banyumas bersama Peneliti Unsoed Trisnowati Budi Ambarningrum

Trisnowati Budi Ambarningrum
Kepala Laboratorium Entomologi dan Parasitologi Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto, Trisnowati Budi Ambarningrum. (poto: dok pribadi Trisnowati BA)

Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam beberapa hari terakhir, sejumlah warga di Desa Pageraji Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas Jawa Tengah diresahkan dengan munculnya kawanan semut dengan jumlah yang sangat banyak. Semut-semut keluar dan menyebar, bukan hanya di pepohonan melainkan juga masuk ke permukiman warga.

Warga resah karena keberadaan semut itu, sudah mulai mengganggu aktivitas warga. Semut jenis tapinoma sessile ini ketika dipencet mengeluarkan bau tidak sedap. Semut bau merupakan semut biasa dan tidak seganas jenis semut api. Namun, yang membedakan semut ini dengan semut jenis lain adalah hidup berkoloni. Semut bau berkoloni dengan lebih dari satu ratu bahkan bisa mencapai 200 ratu. Padahal, biasanya secara umum dalam satu koloni semut hanya ada satu ratu. Itu yang mungkin mengakibatkan cepat sekali perkembangannya.

Lalu, mengapa semut-semut itu muncul di saat musim hujan? Seberapa bahaya keberadaan semut jenis tapinoma sessile (semut bau) itu bagi kehidupan manusia? Bagaimana dengan hasil penelitian tim Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto akan kemunculan semut-semut ini?

Selengkapnya berikut ini wawancara radio Idola Semarang dengan Kepala Laboratorium Entomologi dan Parasitologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto, Trisnowati Budi Ambarningrum. (yes/her)

Dengarkan podcast wawancaranya:

Ikuti Kami di Google News