Semarang, Idola 92.6 FM – Mulai pekan lalu, Balai Konservasi Borobudur (BKB) menutup stupa candi dan lorong Candi Borobudur dengan tarpaulin. Langkah ini untuk antisipasi erupsi Gunung Merapi.
Kepala BKB Wiwit Kasiyati mengatakan, BKB menutup stupa teras (lantai) 8 sejumlah 32 stupa dan lantai lorong 1 keliling. Pihaknya melakukan tindakan preventif dan antisipasi agar nanti ketika terjadi erupsi dan arah abunya ke barat utara ke arah Magelang, Candi Borobudur sudah kita tutup dengan cover.
Di tengah aktivitas Gunung Merapi yang meningkat, jumlah pengunjung pun dibatasi. Protap jumlah pengunjung dalam 1 hari selama Pandemi Covid-19 ini sebanyak 1.800 orang. Pengunjung pun hanya diperbolehkan menikmati candi dari halaman candi. Untuk akhir bulan Desember 2020 karena ada liburan panjang pengunjung diperbolehkan naik ke struktur candi tetapi masih di lantai selasar.
Dari perhitungan jumlah pengunjung di halaman dan di selasar dalam 1 hari jumlahnya maksimal 3.700 orang. Pembatasan ini karena perhitungan carrying capacity dan Pandemi Covid-19 jangan sampai ada klaster dari Candi Borobudur.
Lalu, mengapa stupa candi dan lorong candi harus ditutup di tengah aktivitas Gunung Merapi meningkat? Apa dampaknya jika bebatuan stupa tersebut terkena abu erupsi? Menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Kepala Balai Konservasi Borobudur, Wiwit Kasiyati. (yes/her)
Dengarkan podcast wawancaranya:
Listen to 2020-11-17 Ngobrol Bareng – Wiwit Kasiyati – Mengapa stupa candi dan lorong Candi Borobudur ditutup (mantel) saat erupsi Gunung Merapi? byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-11-17 Ngobrol Bareng – Wiwit Kasiyati – Mengapa stupa candi dan lorong Candi Borobudur ditutup (mantel) saat erupsi Gunung Merapi? byRadio Idola Semarang on hearthis.at