Mengkonversi Modal Sosial Menjadi SDM Unggul; Untuk Menatap Indonesia Maju 2045?

Social Capital

Semarang, Idola 92.6 FM – Situasi Pandemi yang terjadi selama kurang lebih 8 bulan, telah menguji ketahanan kita sebagai bangsa. Untungnya, dengan modal sosial besar―yang dimiliki bangsa ini, muncul lah ikatan senasib-sepenanggungan sehingga sebagian besar masyarakat tergerak untuk bergotong royong dan bersolidaritas satu sama lain.

Masing-masing individu tanpa harus dikomando—tergerak untuk saling berkontribusi sesuai dengan peran masing-masing. Seniman melalui karyanya, anak muda bergerak berinovasi mencari solusi hingga para pebisnis, melalui produk usahanya agar tetap menghidupi para karyawannya.

Harapan kita, ekspresi ketangguhan itu bisa terus kita pelihara dan terus tumbuh berkembang. Mengingat masih ada sebagian kalangan masyarakat yang belum menghayati nilai baik yang bermanfaat bagi kebaikan bersama. Hal itu misalnya terlihat, dari masih rendahnya tingkat kepatuhan sebagian warga dalam mematuhi protokol kesehatan.

Social Capital

Ini semua mengingatkan kita bahwa ada problem problem klasik di balik besarnya modal sosial yang kita miliki sebagai bangsa yakni kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Barangkali ini pula sebabnya, peningkatan kualitas SDM dipilih menjadi program pemerintahan periode kedua Presiden Joko Widodo menuju Indonesia Maju 2045 mendatang.

Maka, dengan bekal modal sosial yang kita miliki, strategi apa yang diperlukan untuk menuju SDM Unggul seperti yang dicita-cita Presiden Joko Widodo? Seberapa peluang yang kita punya? Apa saja langkah yang mesti dilakukan? Terobosan apa yang perlu dilakukan Pemerintah untuk mengakselerasi menuju SDM unggul?

Untuk memperoleh gambaran atas persoalan ini, radio Idola Semarang berdiskusi dengan beberapa narasumber, yakni: Imam B Prasodjo (Sosiolog Universitas Indonesia (UI)); Johannes Eka Priyatma (rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta); dan Prof Budi Widianarko (Pengajar Program Doktor Ilmu Lingkungan, Unika Soegijapranata Semarang). (andi odang/her)

Dengarkan podcast diskusinya:

Ikuti Kami di Google News