Semarang, Idola 92.6 FM – Dalam seminggu terakhir ini, Radio Idola Semarang mendapat pertanyaan dari sejumlah pendengar mengenai gempa megathrust. Hal itu dipicu hasil riset ITB beberapa waktu lalu.
Beberapa pertanyaan itu, benarkah akan terjadi gempa berkekuatan sangat besar, hingga menimbulkan kerusakan dan tsunami dahsyat? Benarkah dampak dari gempa tersebut akan terjadi gelombang tsunami di Laut Selatan setinggi 20 meter?
Dalam buku Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017 disebutkan bahwa di Samudra Hindia selatan Jawa terdapat tiga segmentasi megathrust yaitu Segmen Jawa Timur, Segmen Jawa Tengah-Jawa Barat, dan Segmen Banten-Selat Sunda. Ketiga segmen megathrust ini memiliki magnitudo tertarget M8,7.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan soal gempa megathrust menyusul riset dari ITB yang mengatakan adanya potensi tsunami besar akibat gempa megathrust di selatan Jawa.
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono mengatakan, banyak orang yang salah paham mengartikan zona megathrust. “Gempa megathrust dipahami sebagai sesuatu yang baru dan segera akan terjadi dalam waktu dekat, berkekuatan sangat besar, dan menimbulkan kerusakan dan tsunami dahsyat. Pemahaman seperti ini tentu saja kurang tepat,” kata Daryono dalam keterangan resmi seperti dikutip dari CNNIndonesia.com, Senin (28/9).
Daryono menjelaskan, zona megathrust sebenarnya sekadar istilah untuk menyebutkan sumber gempa tumbukan lempeng di kedalaman dangkal. Dalam hal ini, lempeng samudra yang menunjam ke bawah lempeng benua membentuk medan tegangan (stress) pada bidang kontak antar lempeng. Medan ini kemudian dapat bergeser secara tiba-tiba memicu gempa.
Dalam catatan sejarah, sejak tahun 1700 zona megathrust selatan Jawa sudah beberapa kali terjadi aktivitas gempa besar (major earthquake) dan dahsyat (great earthquake). Gempa besar dengan magnitudo antara 7,0 dan 7,9 yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi sebanyak 8 kali yaitu: tahun 1903 (M7,9), 1921 (M7,5), 1937 (M7,2), 1981 (M7,0), 1994 (M7,6), 2006 (M7,8), dan 2009 (M7,3).
Sementara itu/ gempa dahsyat dengan magnitudo 8,0 atau lebih besar yang bersumber di zona megathrust selatan Jawa sudah terjadi 3 kali yaitu tahun 1780 (M8,5), 1859 (M8,5), dan 1943 (M8,1). Daryono menekankan belum ada gempa dengan kekuatan M9,0 ke atas di selatan Jawa.
Selengkapnya mengenai apa itu gempa megathrust? Benarkah akan terjadi gempa berkekuatan sangat besar, hingga menimbulkan kerusakan dan tsunami dahsyat? Benarkah pula, dampak dari gempa tersebut akan terjadi gelombang tsunami di Laut Selatan setinggi 20 meter? Untuk mengetahui jawabannya, berikut ini wawancara radio Idola Semarang bersama Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Daryono. (yes/ her)
Berikut podcast wawancaranya:
Listen to 2020-10-05 Ngobrol Bareng – Daryono, Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG byRadio Idola Semarang on hearthis.at
Listen to 2020-10-05 Ngobrol Bareng – Daryono, Kepala Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG byRadio Idola Semarang on hearthis.at